Bank syariah konservatif di bisnis gadai emas



JAKARTA. Berkaca pada tahun lalu, bank syariah yang membiayai gadai emas menargetkan pertumbuhan konservatif pada 2014. Prospek bisnis gadai emas menurun lantaran harga logam mulia di pasar internasional masih tertekan.

Selain kondisi pasar, laju bisnis gadai emas juga tertahan aturan yang semakin ketat. Pada awal tahun lalu, Bank Indonesia merilis aturan terbaru gadai emas. Dalam ketentuan itu, nilai pembiayaan gadai maksimal Rp 250 juta per debitur, dengan finance to value 80% dari nilai taksiran emas yang digadaikan. Ketentuan tersebut menyebabkan bank syariah, termasuk bank syariah beraset besar, tidak lagi gencar membiayai emas.

Salah satu bank yang memproyeksikan pertumbuhan gadai emas konservatif adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Anak usaha Bank Mandiri ini membidik pertumbuhan gadai emas sebesar 17%-20% pada tahun 2014. Ini berarti BSM akan membiayai gadai emas mencapai Rp 5,26 triliun hingga Rp 6,24 triliun pada akhir tahun ini. Pada akhir 2013, BSM berhasil merealisasikan pembiayaan gadai emas mencapai Rp 4,50 triliun.


"Untuk memperbesar pembiayaan, kami akan menambah jumlah cabang atau channel gadai emas pada Bank Mandiri dan Pos Indonesia," kata Hanawijaya, Direktur Bank Syariah Mandiri, Jumat (24/1).

Pada tahun ini, BSM berniat menambah 15 outlet gadai emas di Bank Mandiri. BSM juga siap menambah 42 outlet gadai emas di kantor Pos Indonesia dan lima outlet di Bank Sinar Harapan Bali, yang merupakan perusahaan afiliasi BSM.

BSM membuka layanan gadai emas melalui unit/kantor cabang induk usaha atau sesama anak usaha yang menguntungkan. Pasalnya, manajemen BSM tidak perlu mengeluarkan ongkos besar untuk mendirikan cabang. Dalam kerjasama tersebut, BSM juga dapat membiayai gadai emas kepada nasabah dari Mandiri, Pos Indonesia dan Bank Sinar Harapan Bali. "Peluang dan kemungkinan orang ingin menggadai emas itu ada, khususnya di daerah dekat pasar dan perumahan," kata Jeffry Prayana, Division Head Pawning Division BSM.

BSM memperoleh pendapatan komisi atau fee based income dari bisnis gadai emas sebesar Rp 215 miliar pada akhir tahun lalu. Di tahun ini, BSM memproyeksikan pendapatan komisi dari gadai emas mencapai Rp 230 miliar atau hanya tumbuh 7% year-on-year. "Tahun ini, harga emas masih fluktuatif dan ekspektasi orang terhadap emas tak sebesar seperti pada tahun lalu," tambah Jeffry.

Pemain gadai emas lainnya, Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah membidik pertumbuhan gadai emas 20% menjadi Rp 144 miliar di akhir 2014. Anak usaha Bank BNI ini masih yakin dengan pertumbuhan gadai emas, meskipun bisnis tersebut sempat meredup pada tahun lalu.

Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah menyatakan gadai emas bukan lagi produk unggulannya. Namun BRI Syariah tidak akan melepas produk itu. "BRI Syariah akan fokus ke pembiayaan sektor riil," kata Lukita T Prakarsa, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah (KONTAN, 6 Januari 2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro