Bank Tabungan Negara (BBTN) Catat Pendapatan Recovery Melonjak 137% di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan aset kredit bermasalah telah menjadi salah satu penopang kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sepanjang 2023. Ini tercermin dari pendapatan recovery yang meningkat di periode tersebut. 

Per Desember 2023, pendapatan recovery BTN meningkat signifikan sebesar 137,7% menjadi Rp 882 miliar, atau naik dari Rp 371 miliar di periode yang sama pada tahun lalu. 

Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menyampaikan penjualan aset tahun lalu memang lebih baik karena adanya pembayaran klaim dari asuransi jiwasraya dan permintaan tinggi terhadap properti, apalagi terkait restrukturisasi kredit covid-19 BTN telah membuat unit khusus untuk memitigasi penjualan aset dan hasilnya pun cukup produktif.


Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Catat Kredit Restrukturisasi Covid-19 Turun Jadi 8,81%

"Kontribusi terbesar dalam bentuk konsumer, jadi KPR subsidi dan non subsidi. Di komersial juga ada beberapa account yang kita selesaikan tahun ini," katanya di Jakarta (12/2).

Ia menjelaskan bahwa memang segmen konsumer jauh lebih mudah untuk dijual dibandingkan dengan segmen komersial karena memiliki risiko yang jauh lebih tinggi.

 
BBTN Chart by TradingView

Tapi meski begitu sudah ada investor yang berminat sehingga harapannya hal tersebut mampu menurunkan kredit berisiko di tahun ini. 

"Kalau komersial apalagi high risk seperti apartemen dan belum 100% jadi memang susah. Tapi sudah ada yang minat, di sekitar daerah Jakarta dan Surabaya," lanjutnya.

Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Catat Peningkatan Penjualan Aset Bermasalah

Sementara tahun ini Setiyo berharap agar pendapatan recovery tidak jauh berbeda dari tahun lalu mengingat outstanding klaim jiwasraya sekitar 200 miliar akan dibayar pada tahun ini.

Di sisi lain untuk hapus buku, Bank yang aktif dalam pengkreditan rumah ini akan mengalokasikan paling banyak Rp 3 triliun tahun ini.  "Kami berharap recovery tahun ini sekitar Rp 500 miliar - Rp 800 miliar," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli