Bank Tabungan Negara (BBTN) Harus Tambah Modal untuk Mendukung Sektor Properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi rights issue dari sektor perbankan bakal marak tahun ini. Tidak hanya bank kecil saja untuk memenuhi ketentuan modal inti, namun bank besar dan menengah juga akan menggelar penerbitan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu untuk meningkatkan CAR dalam mendukung ekspansi ke depan.

Salah satu yang akan menggelar rights issue adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). 

Rencana rights issue ini disampaikan Menteri Perusahaan pelat merah ini telah diusulkan untuk Menteri Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN). 


Rencana penambahan modal (rights issue) BTN dinilai vital dalam mendukung industri perumahan atau properti yang menjadi salah satu lokomotif ekonomi selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: Bank Pacu Bisnis Bancassurance pada 2022

Selain itu, penambahan modal BTN juga dibutuhkan dalam mendukung Program Pembangunan Satu Juta Rumah dari pemerintah.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo mengungkapkan, prospek sektor perumahan masih cerah. Karena itu, pihaknya memasang target pertumbuhan kredit double digit sekitar 10% pada tahun depan.

Target tersebut, juga akan bergantung pada pengendalian pandemi Covid-19 yang diharapkan masih akan terjaga. Apabila nantinya pandemi sudah terkendali dengan baik, maka permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) nonsubsidi juga akan meningkat.

“Ke depan saya yakin kalau nanti pandemi teratasi, permintaan KPR nonsubsidi akan meningkat, sampai September 2%, setidaknya bisa 5% tahun depan. BTN menargetkan kredit 2022 bisa double digit sekitar 10% didorong dari sektor perumahan yang mayoritas,” jelas Haru baru-baru ini.

Baca Juga: UOB Akuisisi Bisnis Konsumer Citigroup di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit sektor properti meningkat 4,6% yoy menjadi Rp 1.104,6 triliun pada Oktober 2021. Kredit KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) menyumbang porsi 50,92% dari total kredit properti, dengan pertumbuhan mencapai 9,6% yoy. 

Pertumbuhan kredit properti tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kredit perbankan yang tercatat 3,24% pada periode yang sama. Hal ini menjadi tolak ukur sektor properti masih mampu bertahan, meskipun sektor ekonomi lain berguguran di tengah pandemi.

Editor: Noverius Laoli