Bank Tabungan Negara (BTN) bakal rampungkan akuisisi dua perusahaan di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyebut tahun 2019 pihaknya bakal melakukan konsolidasi untuk melakukan penyesuaian terkait beberapa aturan dan penyelesaian akuisisi dua anak usaha.

Terbaru misalnya, BTN pada awal Kuartal II 2019 mengakuisisi anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (PNM), yakni PT PNM Investment Management (PNM IM).

Menurut Direktur Kepatuhan BTN, Mahelan Prabantarikso akuisisi ini dilakukan untuk memperluas cakupan bisnis utama Bank BTN yaitu kredit pemilikan rumah (KPR). Salah satunya juga untuk mengelola dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).


Awalnya, Bank BTN mengakuisisi 30% saham PNM IM melalui skema pembelian saham bersyarat (conditional shared purchase agreement/CSPA). Kala itu, bank bersandi bursa BBTN ini membeli 33.000 lembar saham atau setara 30% dari saham PNM dari PNM IM. Total dana yang dikeluarkan BTN untuk memuluskan tahap pertama ini yakni mencapai Rp 114,3 miliar.

Bila berjalan sesuai rencana, maka pada akhir tahun ini BTN akan memperbesar porsi kepemilikan sahamnya di PNM IM menjadi maksimal sebesar 85%. "Setelah CSPA 30% nanti akan ditambah tahap kedua 30% dan yang ketiga 20%-25%," katanya saat ditemui di Jakarta, Minggu (26/5).

Lebih lanjut, Mahelan menuturkan pada tahap ketiga, penambahan porsi sebanyak 20%-25% antara lain akan dilakukan melalui skema penerbitan saham baru (rights issue) yang bakal dilakukan oleh PNM IM yang nantinya diserap oleh BTN.

"Akhir tahun ini kami harap sudah 85%, kita sudah sediakan anggaran sekitar Rp 1 triliun," sambungnya. Perseroan berharap dengan akuisisi tersebut, BTN mampu mencetak pertumbuhan kinerja lebih besar terutama dari sisi pendapatan berbasis komisi (fee based income).

Nah, selain akuisisi perusahaan manajer investasi, bank spesialis kredit perumahan ini juga akan membeli perusahaan modal ventura. Tujuan utama pembelian tersebut yakni untuk memperkuat teknologi informasi (TI).

Salah satunya dengan mengambil porsi saham di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja sebanyak 20%. Menurutnya, rencana pembentukan perusahaan modal ventura tersebut baru akan rampung di bulan September 2019.

"Tahun 2020 baru kami akan start ekspansi, karena ekonomi makro juga saat ini belum maksimal. Rencananya pertumbuhan di 11%-12% untuk 2019," ungkap Mahelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .