JAKARTA. Per Mei 2013, industri perbankan Indonesia mencetak kinerja cemerlang, meskipun didera pelemahan ekonomi. Industri bisnis simpan-pinjam ini meraup laba sebesar Rp 42,69 triliun selama lima bulan di tahun 2013. Keuntungan besar ini karena bank menekan beban bunga dengan tidak memberikan bunga simpanan tinggi dan menggeber pendapatan bunga dari kredit, sehingga pendapatan bunga bersih naik 17% menjadi Rp 94,69 triliun. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Mei 2013, pendapatan bunga naik 12% menjadi Rp 176,40 triliun, karena kredit tumbuh 21% menjadi Rp 2.909,08 triliun. Kredit paling besar mengalir ke sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 549,98 triliun, kemudian sektor industri pengolahan senilai Rp 469,76 triliun, dan sektor untuk pemilikan peralatan rumah tangga melalui pinjaman multiguna sebesar Rp 288,04 triliun. Namun apakah pencapaian tersebut akan berlanjut setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate secara berturut-turut sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75% pada Juni-Juli 2013? Apalagi, saat ini likuiditas perbankan tengah ketat. Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Achmad Baequni, menganalisis, bank akan menjaga keuntungan melalui net interest margin (NIM). Bank berpelat merah ini memilih untuk meningkatkan volume kredit daripada mengerek bunga kredit.
Bank terjebak di kondisi dilematis pasca BI rate
JAKARTA. Per Mei 2013, industri perbankan Indonesia mencetak kinerja cemerlang, meskipun didera pelemahan ekonomi. Industri bisnis simpan-pinjam ini meraup laba sebesar Rp 42,69 triliun selama lima bulan di tahun 2013. Keuntungan besar ini karena bank menekan beban bunga dengan tidak memberikan bunga simpanan tinggi dan menggeber pendapatan bunga dari kredit, sehingga pendapatan bunga bersih naik 17% menjadi Rp 94,69 triliun. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Mei 2013, pendapatan bunga naik 12% menjadi Rp 176,40 triliun, karena kredit tumbuh 21% menjadi Rp 2.909,08 triliun. Kredit paling besar mengalir ke sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 549,98 triliun, kemudian sektor industri pengolahan senilai Rp 469,76 triliun, dan sektor untuk pemilikan peralatan rumah tangga melalui pinjaman multiguna sebesar Rp 288,04 triliun. Namun apakah pencapaian tersebut akan berlanjut setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate secara berturut-turut sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75% pada Juni-Juli 2013? Apalagi, saat ini likuiditas perbankan tengah ketat. Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Achmad Baequni, menganalisis, bank akan menjaga keuntungan melalui net interest margin (NIM). Bank berpelat merah ini memilih untuk meningkatkan volume kredit daripada mengerek bunga kredit.