JAKARTA. Upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong efisiensi perbankan belum berbuah manis. Sebab, hingga kini tidak ada bank yang berminat mencicip insentif alokasi modal inti. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Irwan Lubis menyatakan, dari sisi biaya operasional pendapatan operasional bank (BOPO), perbankan masih menggelontorkan belanja modal jumbo untuk pengembangan perbankan digital. “Alokasi belanja modal bank tahun 2017 masih banyak untuk belanja mesin ATM,” ujar Irwan. Mengutip data OJK per Juli 2016, rasio BOPO seluruh kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) masih di atas syarat insentif OJK. Bank kelas menengah atau BUKU 3 tercatat paling tidak efisien dengan rasio BOPO 87,93%.
Bank tidak minati insentif modal inti
JAKARTA. Upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong efisiensi perbankan belum berbuah manis. Sebab, hingga kini tidak ada bank yang berminat mencicip insentif alokasi modal inti. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Irwan Lubis menyatakan, dari sisi biaya operasional pendapatan operasional bank (BOPO), perbankan masih menggelontorkan belanja modal jumbo untuk pengembangan perbankan digital. “Alokasi belanja modal bank tahun 2017 masih banyak untuk belanja mesin ATM,” ujar Irwan. Mengutip data OJK per Juli 2016, rasio BOPO seluruh kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) masih di atas syarat insentif OJK. Bank kelas menengah atau BUKU 3 tercatat paling tidak efisien dengan rasio BOPO 87,93%.