SINGAPURA. Menggeliatnya investasi emas di dunia, rupanya menjadi peluang bisnis bagi sejumlah perbankan besar di luar negeri. Lihat saja aksi UBS AG Bank. Bank terbesar di Swiss ini mulai membuka fasilitas penyimpanan emas untuk layanan wealth management di Singapura. Menurut Peter Kok, Managing Director, Regional Market Manager divisi Wealth Management UBS AG Singapura, fasilitas penyimpanan emas UBS AG yang terletak di Singapore Freeport itu untuk melayani nasabah tajir di Negeri Merlion dan Hong Kong. “Emas batangan menuju penurunan tahunan pertama dalam 13 tahun terakhir. Sementara, kepentingan nasabah terus berlanjut,” kata Kok, Selasa (2/7). UBS bergabung dengan Deutsche Bank AG dan JPMorgan Chase & Co dalam menawarkan layanan penyimpanan emas di wilayah Asia, di mana China kemungkinan bakal melampaui India sebagai pengguna terbesar fasilitas tersebut di tahun ini.
Fasilitas penyimpanan emas yang dimiliki Deutsche dapat menampung 200 metrik ton emas atau setara dengan volume emas yang dimiliki oleh Belgia dan Filipina. Pembukaan fasilitas penyimpanan emas UBS AG itu seiring dengan kebijakan baru pemerintah Singapura. Pemerintah Singapura bercita-cita menjadikan Singapura sebagai salah satu lokasi investasi dan penyimpanan emas terbesar di Asia. Untuk mewujudkan rencana tersebut, tahun lalu pemerintah Singapura telah memangkas pajak penjualan barang dan jasa berbasis emas sebesar 7%. Pada 2012, tingkat permintaan emas Singapura baru mencapai 2% dari total permintaan global. Menurut McKinsey & Co, para miliuner Asia di luar Jepang akan menciptakan nilai kekayaan baru sebesar US$ 7 triliun pada tahun 2016, meningkatkan pangsa kekayaan global dari pasar negara berkembang sekitar 37% di tahun itu dari 24% pada akhir 2008. Goldman Sachs Group Inc memperkirakan penurunan harga emas akan terus berlanjut sejalan dengan rencana Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) yang akan menghentikan kebijakan stimulus ekonomi negara adidaya tersebut. "Meskipun harga emas mengalami penurunan, kami masih menerima berbagai pertanyaan dan penawaran dari para nasabah yang tertarik menuai keuntungan dari penyimpanan aset emas dan," kata Kok. Pada Jumat 28 Juni lalu, harga emas batangan jatuh ke level terendah dalam dua tahun terakhir yang mengikis nilai investasi emas investor sebesar US$ 66 miliar. Emas rebound Pada hari ini pukul 09:16 waktu Singapura, harga emas di pasar spot naik tipis 0,4% menjadi US$ 1.257,55 per troy ons, setelah mengalami reli selama tiga hari dan bertengger di posisi US$ 1.255,05. Harga emas itu rebound sebesar 6,3% dari posisi US$ 1.180,50 pada 28 Juni lalu. Namun, secara keseluruhan, harga emas di kuartal kedua merosot sebesar 23%, penurunan terbesar setidaknya sejak tahun 1920.
Goldman Sachs memprediksi, harga emas akan mencapai US$ 1.050 pada akhir tahun 2014. Sementara itu, Credit Suisse Group AG memperkirakan US$ 1.150 dalam waktu sekitar 12 bulan. Namun, tidak semua orang menilai pasar emas bearish. Menurut David Fergusson, Kepala Investasi Woodside Holdings Investment Management Pte yang berbasis di Singapura, harga emas mungkin telah mendekati biaya produksi. "Permintaan fisik emas tidak dapat dipenuhi sekarang dan pada harga saat ini. Produksi emas tidak berkelanjutan," kata Fergusson, yang mengalokasikan dana wealth fund di Asia sekitar 9% dari aset fisik dan penambangan emas. "Itu akan cukup mendukung," kata David. Menurut catatan Bloomberg Industries, biaya produksi rata-rata perusahaan pertambangan emas sebesar US$ 1.201 per troy ons. Data itu berasal dari survey yang dilakukan terhadap tujuh dari 10 besar perusahaan penghasil emas dunia.
Editor: Dikky Setiawan