Bank Victoria akan jadi bank devisa di semester II



JAKARTA. Kelompok bank kecil mulai berminat pada layanan valuta asing (valas). Kali ini, PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) yang akan menjadi bank devisa untuk memenuhi permintaan layanan ekspor dan impor dari debitur.

Eko Rachmansyah Gindo, Direktur Utama Bank Victoria menargetkan, akan menjadi bank devisa pada kuartal III atau kuartal IV di tahun 2015 ini.

"Kami akan menyampaikan proposal izin menjadi bank devisa sekitar 3 bulan atau 6 bulan ke depan kepada Otoritas Jasa keuangan (OJK)," kata, Eko, Rabu (4/2).


Menurutnya, niatan menjadi bank devisa ini sudah ada sejak dua tahun lalu. Itu dikarenakan banyak debitur kredit komersial meminta layanan valas. Kemudian, pada tahun lalu, secara informal OJK mendukung Bank Victoria menjadi bank devisa.

Eko melanjutkan, sebagai keseriusan perusahaan menjadi bank devisa, Victoria menggandeng Bank Negara Indonesia (BNI) untuk menjadi pembimbing. Peran BNI akan memberikan pendampingan kepada Bank Victoria tentang transaksi kiriman uang (remittance), perdagangan internasional (trade finance), treasury dan transaksi interbank lainnya. 

Selanjutnya, tahap awal, bank milik Victoria Investama ini melayani trade finance untuk ekspor impor. Jadi, perusahaan akan memproses transaksi penerimaan dalam valas seperti dollar.

Sedangkan, untuk kredit valas perusahaan belum dapat memberikan pelayanan ini, karena mayoritas debitur masih menghasilkan pendapatan rupiah. "Market komersial banking ini kapasitasnya besar, banyak yang melakukan ekspor," tambahnya.

Sasaran debitur untuk transaksi ekspor impor ini adalah debitur pada sektor perkebunan, kelapa sawit, dan pertambangan. Harapannya, bank akan diuntungkan dari sisi pendapatan komisi atau fee based income dari layanan trade finance, serta perluasan layanan untuk kebutuhan nasabah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan