JAKARTA. Sejumlah bankir sudah megantisipasi masih tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor pertambangan. Antisipasi ini salah satunya dilakukan dengan meningkatkan manajemen risiko di sektor ini. Hal itu wajar, karena berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai kuartal I-2017, NPL sektor pertambangan masih cukup tinggi yaitu 7,05% atau mengalami tren kenaikan dalam dua tahun belakangan. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BNI) mengatakan, sampai kuartal I-2017, NPL di sektor tambang sebesar 9,4%. "Namun porsi kredit tambang masih kecil dibanding total kredit yaitu 3% sampai 4%," ujar Herry, Rabu (7/6).
Bankir antisipasi kenaikan NPL sektor tambang
JAKARTA. Sejumlah bankir sudah megantisipasi masih tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor pertambangan. Antisipasi ini salah satunya dilakukan dengan meningkatkan manajemen risiko di sektor ini. Hal itu wajar, karena berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai kuartal I-2017, NPL sektor pertambangan masih cukup tinggi yaitu 7,05% atau mengalami tren kenaikan dalam dua tahun belakangan. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BNI) mengatakan, sampai kuartal I-2017, NPL di sektor tambang sebesar 9,4%. "Namun porsi kredit tambang masih kecil dibanding total kredit yaitu 3% sampai 4%," ujar Herry, Rabu (7/6).