Bankir berharap bunga acuan melandai



JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), 17 November nanti boleh jadi menjadi momen yang paling ditunggu banyak pihak. Perhatian publik tertuju keputusan BI atas kebijakan suku bunga acuan alias BI rate.

Apalagi, celah penurunan BI rate juga terbuka, mengingat inflasi mulai landai. Riak rupiah sedikit tenang dan potensi The Fed mengerek bunga acuan baru nampaknya baru akan dilakukan Desember atau tahun depan.

Berbagai sinyal itu pula, sejumlah bankir berharap, BI benar-benar akan menggunting bunga acuan. Dengan begitu, bank-bank punya ruang menurunkan bunga simpanan, lalu bunga kredit.


"Penurunan BI rate akan berpengaruh terhadap bisnis bank," ujar Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin.

Apalagi, jika BI bisa memangkas penurunan sampai 100 basis poin. Hitungan Glen, BI rate punya potensi turun menjadi 6,5% dari posisi saat ini di 7,5%. Ini mengacu tingkat inflasi yang sudah menurun.

"Jika BI rate hanya turun 25 basis poin kurang merangsang pasar. Saya harap bisa turun 50 basis poin hingga 100 basis poin," kata Glen berharap.

Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo menambahkan, andai bunga acuan BI turun akan langsung berdampak pada bunga deposito maupun bunga kredit bank. Tapi, kata Herwidayatmo, BI tentu punya pertimbangan matang dalam menentukan arah bunga.

"BI rate urusannya Dewan Gubernur BI. Kalau turun, ya jelas lebih bagus," ujarnya.

Adapun Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) tak yakin, BI akan memangkas bunga acuan bulan ini. Ia menduga, BI rate akan bertahan di level 7,5% untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Apapun putusan BI, "Kinerja kami masih positif. Permintaan kredit naik sesuai target kami, yaitu 10% sampai akhir tahun," ujar Jahja.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, stabilitas rupiah akan jadi pertimbangan BI. Bila BI rate bertahan, BRI tak akan menjadi masalah bagi bank, sepanjang likuiditas terjaga.

Peluang penurunan bunga kredit tetap ada. "Bunga kredit juga dipengaruhi faktor lain, selain BI rate," kata Haru, Selasa (3/11). Yakni likuiditas bank dan penurunan bunga simpanan.

Bianto Surodjo, Direktur Ritel & Consumer Bank Permata memprediksi, BI rate tak akan berubah. Dus, suku bunga kredit juga tak akan banyak berubah. "Belum ada faktor environment ekonomi yang besar yang bisa mempengaruhi penurunan suku bunga kredit," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie