Bankir: BOPO pasti naik di awal tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perbankan di awal tahun 2019 sempat meningkat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) menjabarkan per Januari 2019 posisi BOPO perbankan naik ke level 87,79% dari akhir Desember 2018 lalu sebesar 77,86%. Posisi ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Januari 2018 lalu yakni 81,8%.

Bila dirinci, BOPO yang meningkat di awal tahun 2019 lantaran ada peningkatan biaya operasional yang signifikan dari Rp 68,07 triliun di bulan Januari 2018 menjadi Rp 125,69 triliun di bulan pertama 2019 alias tumbuh 84,64% secara year on year (yoy).


Adapun kenaikan rasio BOPO ini juga terjadi di seluruh bank umum kelompok usaha (BUKU). Catatan OJK, rasio BOPO di BUKU I masih terpantau paling tinggi 93,67% naik dari 86,48% di Januari 2018. Disusul oleh BUKU III 92% yang naik dari 85,49% dan BUKU II menjadi 86,27% dari setahun sebelumnya 84,33%. Sementara BUKU IV naik di bulan Januari 2019 menjadi 84,3% dari Januari 2018 78,43%.

Kendati naik tinggi, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id menilai hal ini memang fenomena yang selalu terjadi di awal tahun. 

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mengamini kondisi ini.

Catatan saja, tahun lalu posisi BOPO BCA ada di level 56,22% menurun dari periode 2017 58,65%. Kendati tidak bisa membeberkan posisi BOPO saat ini, pihaknya yakin kalau rasio ini akan menurun di kuartal II-2019.

"Di awal tahun biasanya biaya untuk bonus dan THR mulai dicadangkan, dan akan dibayarkan pada bulan April atau Mei. Jadi biaya operasional luar biasa tinggi di kuartal I," ungkapnya, Kamis (28/3). Tahun ini bank swasta terbesar ini memproyeksi BOPO bakal bertengger di kisaran 60%.

Senada, Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso juga menyebut per Februari 2019 ini posisi BOPO BTN ada di level 87%. Rasio tersebut menurut Mahelan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan posisi Desember 2018 yang berada pada posisi 85,8%.

Menurutnya, peningkatan BOPO di BTN pada awal tahun 2019 didorong oleh adanya dampak dari kenaikan bunga yang cukup tinggi sebagai bentuk pemenuhan dana pihak ketiga (DPK) pada akhir tahun 2018 yang sejalan dengan arahan regulator.

"Tahun ini BTN menargetkan rasio BOPO berada pada kisaran 83%-85%," terangnya. 

Setali tiga uang, PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) ikut mengalami kenaikan BOPO. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto mengatakan per Februari 2019 ini posisi BOPO perseroan diakui cukup tinggi di level 87%. Meningkat dari 82,99% pada akhir Desember 2018 lalu.

"Awal tahun BOPO kami agak meningkat karena pembentukan CKPN akibat penurunan kualitas beberapa debitur. Namun menjelang akhir kuartal I terus membaik sejalan dengan langkah perbaikan," ungkapnya. Untuk tahun ini anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menarget BOPO di level 80%.

Agak berbeda, PT Bank OCBC NISP Tbk justru mencatatkan BOPO yang relatif stabil di awal tahun ini. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyebut di Januari 2019 posisi BOPO ada di level 73,2% dan hanya bergerak naik ke 74,8% di bulan Februari 2019.

Hanya bergerak tipis dari posisi Desember 2018 sebesar 74,4%. Hingga akhir tahun ini, bank bersandi bursa NISP ini memperkirakan BOPO akan sama dengan tahun lalu atau di kisaran 74%-75% saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi