Bankir dan ekonom sama-sama sulit memprediksi tren bunga tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah praktisi keuangan menilai suku bunga di tahun 2019 semakin sulit diprediksi. Tak melulu faktor ekonomi dalam negeri, kini efek ekonomi global yang belum pasti pun ikut mengekor.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja misalnya yang menilai tahun ini kenaikan suku bunga perbankan sangat bergantung pada bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed.

"Sekarang agak sulit prediksi (bunga) karena Fed Fund Rate (FFR) sedang dalam ketidakpastian, tidak bisa ditebak berapa kenaikan USD interest rate," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/1).


Meski begitu, Direktur Tresuri dan Perbankan Internasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rico Rizal Budidarmo memproyeksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan naik sebanyak satu sampai dua kali.

"Ini untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar, terutama potensi kenaikan suku bunga The Fed serta mengelola volatilitas nilai tukar rupiah," katanya. Namun, Rico menilai BNI tidak akan secara agresif menaikkan bunga kredit di tahun ini.

Alasannya, perseroan merasa perlu mengantisipasi secara selektif dan pruden masalah potensi kenaikan suku bunga kredit. Selain itu, BNI juga memilih untuk mempertimbangkan kemampuan membayar debitur ketimbang menaikkan bunga kredit.

Sementara dari sisi pendanaan alias funding, berkaca pada kondisi likuiditas saat ini, bank berlogo 46 ini masih memperkirakan pertumbuhan DPK yang lebih lambat daripada ekspansi kredit. Di samping itu, kenaikan suku bunga dana akan terus berlanjut hingga akhir 2019.

Adapun, Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Winang Budoyo mengungkap hal serupa dengan Jahja. Menurutnya, kondisi perekonomian dalam dan luar negeri saat ini sedang bergejolak dan cenderung berubah cepat.

Misalnya, awalnya di tahun lalu The Fed diperkirakan hanya menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali di 2019. Namun, saat ini banyak yang memprediksi kenaikannya hanya maksimal sebanyak dua kali atau bahkan stagnan sampai akhir tahun.

"Hal seperti ini tentu akan punya efek positif terhadap rupiah dan akhirnya arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI)," terangnya.

Meski begitu, Winang meyakini kenaikan bunga perbankan baik suku bunga dana maupun kredit masih akan berlanjut. "Saya rasa masih (naik) karena belum sepenuhnya naik dari tahun lalu. Tapi, bisa saja tidak seagresif tahun 2018," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi