KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski belum sebesar pendapatan bunga, perbankan semakin gencar menghimpun pendapatan non bunga dalam memacu perolehan laba. Salah satunya dengan mengoptimalkan layanan digital bagi nasabah untuk terus melakukan transaksi. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya secara konsolidasi mencatatkan pendapatan non bunga naik 9%
year on year (YoY) menjadi Rp 35,18 triliun. Sedangkan secara
bank only naik 7% menjadi Rp 27 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan dari jumlah itu pendapatan non bunga Livin’ dan Kopra by Mandiri masing-masing menyumbang pertumbuhan sebesar 13,11% YoY dan 10% YoY.
Kendati demikian, pendapatan non bunga paling besar datang dari
fixed income, FX &
derivatives yang mencapai Rp 4,58 triliun. Lalu komisi terkait deposito dan remitansi seperti
cash management yang tumbuh 12,1% menjadi Rp 3,7 triliun.
Baca Juga: Begini Strategi Bank Jaga Rasio Kecukupan Modal Tetap Kuat di Tahun Ini Kemudian, komisi terkait penyaluran kredit seperti
bank guarantee dan
trade yang naik 24,3% YoYmenjadi Rp 3,06 triliun. Sedangkan pertumbuhan paling tinggi terjadi di pendapatan dari kanal digital selain ATM, SMS dan
internet banking, maupun Livin’ yang naik 44,8% menjadi Rp 1,14 triliun. PT Bank Negara Indonesia Tbk misalnya menyatakan pertumbuhan non bunga atau
non interest income mencapai Rp 14,8 triliun di akhir 2022. Nilai itu tumbuh 8,7%
year on year (YoY) dari posisi 2021 sebesar Rp 13,64 triliun. “Tahun ini BNI akan fokus pada pendapatan baik melalui pendapatan bunga maupun pendapatan berbasis komisi atau
fee based income,” ujar Direktur Keuangan BNI Novita W Anggraini kepada Kontan pada pekan lalu. Pencapaian pada tahun lalu, BNI peroleh dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan pendapatan non bunga untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan tren menurunnya transaksi transfer antar bank. BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi
value-added bagi nasabah. Contohnya di
retail banking, fitur
billpayment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18% YoY. Selain itu, di segmen
business banking, BNI semakin aktif dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp 1 triliun ke pendapatan non bunga, atau naik 100% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan pendapatan non bunga Bank OCBC NISP mencapai Rp 17,6 triliun pada akhir tahun lalu. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP menyatakan pendapatan berbasis komisi dari
wealth management memberikan kontribusi sebesar 30%.
Baca Juga: Fitch Ratings Naikkan Peringkat BRI Menjadi BBB dan AAA (idn) dengan Outlook Stabil Ini berasal dari transaksi penjualan reksadana dan bancassurance serta keuntungan dari penjualan surat berharga. Adapun transaksi produk
wealth management Bank OCBC NISP untuk produk reksadana, bancassurance dan surat berharga secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 9% YoY di akhir 2022. “Seiring dengan pertumbuhan tersebut, Bank OCBC NISP terus memberikan nilai tambah kepada nasabah dengan menyediakan
wealth management advisory team berkapabilitas tinggi yang dapat membantu nasabah dalam memaksimalkan pengelolaan keuangan secara strategis, meski di tengah kondisi pasar yang bergejolak,” jelasnya. Sedangkan pendapatan non bunga PT Bank Central Asia Tbk tercatat sebesar Rp 22,67 triliun pada 2022. Tumbuh 5,8% dibandingkan 2021 sebesar Rp 21,42 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi