JAKARTA. Beberapa bankir masih berminat untuk ikut serta membiayai proyek 10.000 megawatt (MW) tahap kedua milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tetapi porsinya tak akan sebesar tahun 2008. Misalnya Bank BRI Tbk. Kepala Divisi bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk., Dwi Agus Pramudya mengaku masih mengkaji proyek mana yang akan mereka biayai dan "Kami akan melihat kondisi likuiditas lebih dulu," tuturnya (21/1). Meski belum bisa memastikan berapa dana yang akan mereka alokasikan untuk kredit setrum tahun ini, Dwi Agus memberikan gambaran, paling tidak nilainya kurang lebih sama dengan 2008. Adapun tahun lalu BRI memberikan kredit setrum Rp 3,5 triliun untuk beberapa proyek. Antara lain Pembangkit Listrik di Labuan senilai US$ 290 juta. Direktur Korporasi PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Krishna R. Soeparto juga mengaku, BNI siap untuk mendanai lagi beberapa proyek milik PLN. "Kami memang sudah berkomitmen untuk ikut dalam proyek infrastruktur tersebut," tuturnya. Tahun lalu, BNI mengambil porsi kredit setrum untuk proyek di Labuan, khususnya kredit dalam bentuk valas. Sedangkan PT Bank Mega Tbk memilih untuk menahan diri dengan tawaran proyek baru. Bank Mega pilih melanjutkan komitmen yang sudah mereka teken pada proyek 10.000 MW tahap pertama. "Eksposure yang ada kan masih cukup besar, kami akan menyelesaikan itu dulu," ungkap Direktur Utama Bank Mega Yungky Setiawan. Selain itu Bank Mega perlu menggenjot kredit sektor lain untuk menyebar risiko dan kualitas kredit mereka. Memang, Bank Mega cukup banyak mengucurkan duit untuk proyek PLN, nilainya sekitar Rp 5,9 triliun. Ada belasan proyek bersekala besar maupun mini. Diantaranya PLTU Suralaya berkapasitas 1x625 MW, PLTU Paiton 1x660 MW, PLTU Labuan 2x315 MW, PLTU Indramayu 3x30 MW, dan PLTU Rembang 2x315 MW. Juga beberapa proyek setrum mini 7 MW, 14 MW, 25 MW, 50 MW yang tersebar di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga Pulau Sumatra.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bankir Masih Meminati Kredit Setrum PLN
JAKARTA. Beberapa bankir masih berminat untuk ikut serta membiayai proyek 10.000 megawatt (MW) tahap kedua milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tetapi porsinya tak akan sebesar tahun 2008. Misalnya Bank BRI Tbk. Kepala Divisi bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk., Dwi Agus Pramudya mengaku masih mengkaji proyek mana yang akan mereka biayai dan "Kami akan melihat kondisi likuiditas lebih dulu," tuturnya (21/1). Meski belum bisa memastikan berapa dana yang akan mereka alokasikan untuk kredit setrum tahun ini, Dwi Agus memberikan gambaran, paling tidak nilainya kurang lebih sama dengan 2008. Adapun tahun lalu BRI memberikan kredit setrum Rp 3,5 triliun untuk beberapa proyek. Antara lain Pembangkit Listrik di Labuan senilai US$ 290 juta. Direktur Korporasi PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Krishna R. Soeparto juga mengaku, BNI siap untuk mendanai lagi beberapa proyek milik PLN. "Kami memang sudah berkomitmen untuk ikut dalam proyek infrastruktur tersebut," tuturnya. Tahun lalu, BNI mengambil porsi kredit setrum untuk proyek di Labuan, khususnya kredit dalam bentuk valas. Sedangkan PT Bank Mega Tbk memilih untuk menahan diri dengan tawaran proyek baru. Bank Mega pilih melanjutkan komitmen yang sudah mereka teken pada proyek 10.000 MW tahap pertama. "Eksposure yang ada kan masih cukup besar, kami akan menyelesaikan itu dulu," ungkap Direktur Utama Bank Mega Yungky Setiawan. Selain itu Bank Mega perlu menggenjot kredit sektor lain untuk menyebar risiko dan kualitas kredit mereka. Memang, Bank Mega cukup banyak mengucurkan duit untuk proyek PLN, nilainya sekitar Rp 5,9 triliun. Ada belasan proyek bersekala besar maupun mini. Diantaranya PLTU Suralaya berkapasitas 1x625 MW, PLTU Paiton 1x660 MW, PLTU Labuan 2x315 MW, PLTU Indramayu 3x30 MW, dan PLTU Rembang 2x315 MW. Juga beberapa proyek setrum mini 7 MW, 14 MW, 25 MW, 50 MW yang tersebar di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga Pulau Sumatra.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News