KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir melihat prospek kredit ke sektor energi baru dan terbarukan masih terbuka lebar di tahun ini. PT Bank Central Asia Tbk BCA membenarkan potensi energi terbarukan masih sangat besar. Direktur BCA Vera Eve Lim menyatakan Indonesia dapat menuai manfaat ekonomi yang luar biasa dengan beralih ke ekonomi rendah karbon dalam jangka panjang. “Ke depan, prospek kredit berkelanjutan BCA di tahun 2022 cukup baik dan masih banyak peluang pembiayaan ke sektor ekonomi hijau," jelasnya Senin (21/3).
Vera menambahkan, tidak ada sektor khusus yang dibidik oleh BCA dalam pembiayaan sektor ekonomi hijau. "BCA membuka kesempatan untuk pembiayaan ke seluruh sektor ekonomi hijau,” ujarnya. BCA telah menyalurkan kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan mencapai Rp 154,4 triliun atau naik 20,9% year on year (yoy). Nilai ini jauh di atas target pertumbuhan kredit hanya di level 5,5%. “Nilai ini berkontribusi 24,8% bagi total portofolio kredit, di antaranya mencakup pembiayaan kepada sektor UKM, pengelolaan sumber daya alam hayati dan lahan yang berkelanjutan, transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, produk eco-efficient, pengelolaan air dan air limbah, hingga efisiensi energi,” paparnya.
Baca Juga: Indonesia Butuh Investasi Besar untuk Net Zero Emission pada 2060, G-20 Jadi Momentum PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga terus memperbesar porsi pembiayaan kepada sektor
renewable energy atau Energi Baru Terbarukan (EBT). Tecermin dari penyaluran kredit BRI kepada sektor EBT tercatat sebesar Rp 5,6 triliun hingga 2021. Angka ini tercatat tumbuh 19,1% yoy apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 4,7 triliun. Direktur Kepatuhan BRI A. Solichin Lutfiyanto mengungkapkan di sepanjang tahun 2021, BRI berkontribusi dalam EBT di antaranya melalui penyaluran kredit kepada PLTA Poso Energy sebesar US$ 35 juta dan Kerinci Merangin sebesar US$10 juta. BRI juga mendukung peningkatan bauran EBT melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tersebut karena PLTA merupakan salah satu bagian EBT. “Selain itu, PLTA juga menjadi sumber energi yang pasokannya terjaga (sustain), menghasilkan listrik yang rendah emisi karbon, biaya pemeliharaannya relatif rendah, dan sekaligus kegiatan ini sejalan dengan kegiatan usaha berkelanjutan,” jelasnya. Ia menyebut, sebagai perusahaan yang berorientasi pada keuangan yang berkelanjutan, BRI terus berupaya meningkatkan kinerja ekonomi dan terus mengoptimalisasikan keuntungan (profit) dengan secara simultan juga berusaha untuk meningkatkan kinerja sosial (people) dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan (planet). Sebelumnya, PT Bank HSBC Indonesia menyalurkan pembiayaan ramah lingkungan sebesar Rp 27 miliar kepada PT Eco Paper Indonesia (ECO), anak perusahaan PT Alkindo Naratama Tbk ALDO.
Baca Juga: Ekspansi Korporasi Bakal Dongkrak Kredit Bank ECO memproduksi kertas daur ulang menggunakan limbah kertas, termasuk yang dikumpulkan dari TPA atau jalanan oleh para pekerja TPA. Fasilitas pinjaman ramah lingkungan dari HSBC Indonesia akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja ECO dan melipatgandakan kapasitas produksinya menjadi sekitar 22.500 ton kertas daur ulang per bulan. Francois de Maricourt, Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, mengatakan dukungan ini guna kelancaran pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak signifikan membantu negara mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan memitigasi dampak perubahan iklim. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi