Bankir optimistis penetrasi uang elektronik makin luas di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan alat pembayaran di Indonesia akan semakin ramai. Regulator merencanakan akan merilis standarisasi sistem pembayaran QR Code. Namun bisnis uang elektronik berbasis kartu masih punya ruang untuk tumbuh.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk Santoso Liem menilai sistem pembayaran QR Code merupakan uang elektronik berbasis server. QR Code dapat digunakan untuk transaksi online maupun offline. Sedangkan uang elektronik berbasis kartu lebih cocok untuk pembayaran offline.

"Tahun depan penetrasi uang elektronik BCA yakni Flazz akan semakin besar. Sebab tol akan terus diperluas, penggunaan kendaraan umum seperti bus dan kereta semakin masif. Namun ke depan juga ada wacana pengembangan Electronic Road Pricing (ERP) untuk sistem pembayaran tol," ujar Santoso kepada Kontan.co.id, Selasa (11/12).

Santoso bilang nantinya ERP akan menggunakan alat sensor yang diletakkan di dalam kendaraan. Ketika melewati sensor, maka dana akan ditagihkan ke nasabah. Santoso bilang, sistem pembayaran ini akan mengandeng perbankan dalam menjalani operasionalnya.

"Tahun depan bisnis Flazz secara frekuensi kami proyeksikan tumbuh 20-25% dari 2018 karena sistem pembayaran semakin matang," tambah Santoso.

Bank dengan sandi saham BBCA ini sudah mengedarkan hingga 15 juta kartu kepada nasabahnya hingga September 2018. Selain itu, secara jumlah transaksi, uang elektronik BCA tumbuh lebih dari 100% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai lebih dari 260 juta transaksi.

"Terutama ditopang oleh sektor transportasi sebagai salah satu fasilitas publik, selain transaksi retail di food and beverage, rekreasi, dan toko buku," tambah Santoso.

Begitupun dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang melihat bisnis uang elektronik masih akan tumbuh. Direktur BNI Dadang Setiabudi menyatakan dengan adanya aturan QR Code standar Nasional (QRIS) bisnis uang elektronik ke depannya akan lebih baik.

Lantaran akseptansinya akan lebih luas tidak terbatas hanya pada on us (closed loop) tetapi bisa interoperability antar acquirer.

"TapCash merupakan produk uang elektronik berbasis kartu sedang aturan QR Code akan mengatur uang elektronik berbasis server sehingga kondisi ini tidak akan berpengaruh pada TapCash," ujar Bambang.

Meski tidak merinci lonjakan transaksi pada 2019, Bambang menilai transaksi TapCash ditopang oleh banyak transaksi non tunai sesuai dengan program Bank Indonesia seperti pada area parkir, perbelanjaan.

Senior Vice President Sales and Transaction Banking Bank Mandiri Thomas Wahyudi menyatakan saat ini jumlah e-money yang diedarkan mencapai 16 juta kartu dengan nilai transaksi lebih dari Rp 10 triliun pada periode Januari-September 2018. Dari sisi frekuensi, transaksi e-money hampir mencapai 900 juta transaksi dengan peningkatan 150% yoy.

Targetnya tahun ini, Mandiri memprediksi jumlah kartu e-money bisa tumbuh 30%. 

Sekadar informasi, berdasarkan data statistik sistem pembayaran Bank Indonesia, volume transaksi uang elektronik pada periode Januari-September 1,99 miliar. Transaksi tersebut naik hampir 277% dibanding periode yang sama tahun lalu 547 juta.

Nilai transaksinya juga naik empat kali lipat dari Rp 7,5 triliun menjadi Rp 31,6 triliun. Sementara itu jumlah uang elektronik beredar hingga September 2018 mencapai 142,27 juta, naik 98,48% dibandingkan tahun lalu sebanyak 71,78 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi