Bankir pesimistis realisasi zero coupun



JAKARTA. Wacana penghapusan pembayaran kupon (zero coupon) obligasi rekapitalisasi sudah barang tentu merugikan bank. Itu sebabnya, bankir pesimistis dengan realisasi wacana itu. Sudah begitu, kebijakan tersebut ditakutkan merusak pasar.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama Bank Mandiri, menjelaskan, pihaknya masih memegang obligasi rekapitulasi sekitar Rp 72 triliun dan jatuh tempo tahun 2020. Surat utang warisan krisis 1998 itu jatuh tempo tahun lalu, tapi tahun 2009 pemerintah melakukan reprofiling atau penawaran dengan obligasi baru yang jatuh tempo lebih lama.

Menurutnya, justru obligasi itu membebani neraca perseroan. Pengaruhnya, terutama  pada perhitungan loan to deposit ratio (LDR) atawa rasio penyaluran kredit bank dengan simpanan nasabah.


Bank Mandiri harus meningkatkan penyaluran kredit agar memenuhi batasan LDR. Untuk meningkat kredit,  Mandiri mengandalkan dana simpanan nasabah dan bank harus membayar bunga tabungan dan deposito.

Surat utang itu merupakan hasil kebijakan pemerintah karena tidak memiliki dana tunai. Dari hasil surat utang itu, pemerintah mendapatkan saham. "Surat utang itu harus dibayar bunga seiring dengan berjalannya waktu," imbuh Zulkifli.

KONTAN mencatat, pendapatan Bank Mandiri dari obligasi rekapitalisasi per akhir September 2012 mencapai Rp 1,86 triliun. Angka ini lebih kecil dibandingkan periode sama setahun sebelumnya Rp 2,97 triliun.

Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, menegaskan zero coupon akan menurunkan pendapatan bank. Padahal, pemerintah selalu memperbesar target dividen. Bank BNI memegang surat utang ini sebanyak Rp 16 triliun dengan jatuh tempo hingga tahun 2034 mendatang dan bunga antara 9%-10%.

Asal tahu saja, saat rapat dengar pendapat di DPR awal pekan ini, Ekonom Kwik Kian Gie dan Rizal Ramli menyodorkan skema penghapusan bunga obligasi rekapitalisasi. Pertama, pemerintah hanya membayar bunga pemegang obligasi kurang dari Rp 10 miliar, lebih dari itu berlaku  zero coupon. Kedua, zero coupon untuk obligasi yang dipegang hingga jatuh tempo, sedangkan yang berstatus available for sale tetap mendapat pembayaran bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto