Bankir proyeksi restrukturisasi kredit 2017 turun



JAKARTA. Beberapa bank mencatatkan jumlah kredit yang direstrukturisasi pada 2016 lalu naik cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari dua bank besar yang sudah mempublikasikan laporan keuangan 2016 yaitu BRI dan BNI.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mencatat jumlah kredit yang direstrukturisasi sepanjang 2016 lalu sebesar Rp 37,1 triliun atau naik cukup tajam yaitu 82,56% secara tahunan atau year on year (yoy).

Berdasarkan laporan analyst meeting BRI 2016 disebut, ada dua segmen penyaluran kredit yang banyak dilakukan restrukturisasi pertama adalah komersial dan kedua adalah korporasi non BUMN. Jumlahnya masing-masing adalah 31,5% dan 28,6% dari total kredit BRI yang direstrukturisasi.


Skema restrukturisasi yang dilakukan BRI adalah dengan memperpanjang masa pelunasan kredit dan penjadwalan kembali bunga yang tertunggak.

Haru Koemahargyo, Direktur Keuangan BRI mengatakan pada 2017 ini jumlah kredit yang direstrukturisasi diproyeksi akan mengalami penurunan. “Hal ini karena sebagian kredit yang direstrukturisasi akan pindah ke normal,” ujar Haru kepada KONTAN, Jumat (3/1).

PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mencatat kenaikan jumlah kredit yang direstrukturisasi cukup besar . Selama 2016 lalu, jumlah kredit yang direstrukturisasi BNI tercatat sebesar Rp 31,4 triliun atau naik 51,7% secara yoy.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2016 yang diserahkan BNI ke bursa, terlihat bahwa ada dua mekanisme yang dilakukan bank berkode BBNI ini untuk melakukan restrukturisasi kredit.

Pertama adalah dengan perpanjangan jangka waitu kredit dan kedua adalah penurunan suku bunga kredit.

Dalam laporan analyst meeting, disebutkan bahwa kredit yang direstrukturisasi dari kategori NPL ini utamanya dikontribusikan dari debitur yang berasal dari sektor komunikasi yaitu sebesar Rp 1,33 triliun.

Secara umum pada 2016,di BNI ada tiga sektor yang utama penyumbang jumlah kredit yang direstrukturisasi yaitu pertama adalah manufaktur, kedua perdagangan hotel dan restoran dan ketiga adalah pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto