KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyebut telah mengantisipasi dan melakukan perbaikan terhadap risiko kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Selain melakukan perbaikan dari sisi kualitas kredit, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id juga menyebut resiko kredit bermasalah sampai tutup tahun tengah mengalami tren perbaikan. Ambil contoh PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang sampai dengan kuartal III 2017 mencatat penurunan rasio kredit bermasalah menjadi 2,18% dari posisi 2,38% di periode yang sama tahun lalu. Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi bilang saat ini kondisi NPL sudah mulai teratasi dari pembentukan pencadangan masing-masing bank di periode sebelumnya serta peningkatan dari sisi mitigasi resiko. "Kondisi saat ini seperti itu dan semoga lebih baik lagi minimal sampai akhir tahun ini dan bisa berlanjut seterusnya," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11). Lebih lanjut bank milik taipan ini mengatakan, jika dilihat berdasarkan segmen kreditnya, praktis seluruh segmen mengalami penurunan risiko. Kendati demikian, Hariyono menyebut bukan berarti NPL saat ini sudah berada di puncaknya. Lantaran, hampir tidak mungkin ada pemberian kredit tanpa NPL. Dus, pihaknya menyebut hingga akhir tahun Bank Mayapada mampu menekan laju NPL hingga di bawah level 2%. Berbeda sedikit, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengungkap sampai akhir tahun pihaknya memprediksi posisi NPL akan berada di level stagnan. Hal ini juga dimungkinan akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2018. Pun, dari sisi segmennya bank yang terafiliasi dengan OCBC Group ini menilai rata-rata segmen yang mengalami penurunan NPL antara lain dari sektor ritel, usaha kecil menengah (UKM) dan korporasi. Sebagai gambaran saja, perseroan mencatat sampai September 2017 terjadi peningkatan NPL dari posisi 1,45% pada tahun lalu menjadi 1,9%. Meski meningkat, porsi provisi terhadap NPL justru mengalami penurunan dari 213,7% di bulan September 2016 menjadi 192,7% di akhir September 2017. Kendati pencadangan sudah diturunkan, Parwati menyebut pihaknya tetap memasang target NPL konservatif maksimal sebesar 2%. "Kami target di bawah 2%, karena kalau bicara sektor, perdagangan dan manufaktur cenderung lebih tinggi," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bankir: Risiko kredit bermasalah sudah turun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyebut telah mengantisipasi dan melakukan perbaikan terhadap risiko kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Selain melakukan perbaikan dari sisi kualitas kredit, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id juga menyebut resiko kredit bermasalah sampai tutup tahun tengah mengalami tren perbaikan. Ambil contoh PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang sampai dengan kuartal III 2017 mencatat penurunan rasio kredit bermasalah menjadi 2,18% dari posisi 2,38% di periode yang sama tahun lalu. Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi bilang saat ini kondisi NPL sudah mulai teratasi dari pembentukan pencadangan masing-masing bank di periode sebelumnya serta peningkatan dari sisi mitigasi resiko. "Kondisi saat ini seperti itu dan semoga lebih baik lagi minimal sampai akhir tahun ini dan bisa berlanjut seterusnya," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11). Lebih lanjut bank milik taipan ini mengatakan, jika dilihat berdasarkan segmen kreditnya, praktis seluruh segmen mengalami penurunan risiko. Kendati demikian, Hariyono menyebut bukan berarti NPL saat ini sudah berada di puncaknya. Lantaran, hampir tidak mungkin ada pemberian kredit tanpa NPL. Dus, pihaknya menyebut hingga akhir tahun Bank Mayapada mampu menekan laju NPL hingga di bawah level 2%. Berbeda sedikit, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengungkap sampai akhir tahun pihaknya memprediksi posisi NPL akan berada di level stagnan. Hal ini juga dimungkinan akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2018. Pun, dari sisi segmennya bank yang terafiliasi dengan OCBC Group ini menilai rata-rata segmen yang mengalami penurunan NPL antara lain dari sektor ritel, usaha kecil menengah (UKM) dan korporasi. Sebagai gambaran saja, perseroan mencatat sampai September 2017 terjadi peningkatan NPL dari posisi 1,45% pada tahun lalu menjadi 1,9%. Meski meningkat, porsi provisi terhadap NPL justru mengalami penurunan dari 213,7% di bulan September 2016 menjadi 192,7% di akhir September 2017. Kendati pencadangan sudah diturunkan, Parwati menyebut pihaknya tetap memasang target NPL konservatif maksimal sebesar 2%. "Kami target di bawah 2%, karena kalau bicara sektor, perdagangan dan manufaktur cenderung lebih tinggi," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News