JAKARTA. Bank Indonesia (BI) boleh sangat optimistis penerapan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) akan menggiring penyempitan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan. Namun, sebaliknya para bankir justru agak skeptis penurunan NIM bisa terwujud. Ini terungkap dari hasil survei perbankan Price WaterhouseCoopers (PwC) terhadap senior eksekutif di 100 bank di Indonesia. Ashley Wood, Penasihat Teknis PwC Indonesia, mengungkapkan, lebih dari 49% bankir melihat NIM tahun ini akan stagnan di level seperti tahun lalu. Penyebabnya, inflasi dan penerapan premi risiko (risk premium) yang lebih tinggi, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Risiko kredit juga tetap menjadi risiko utama, kendati rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap stabil di 3%.
Bankir skeptis, transparansi bunga kredit bisa menggiring turun NIM bank
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) boleh sangat optimistis penerapan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) akan menggiring penyempitan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan. Namun, sebaliknya para bankir justru agak skeptis penurunan NIM bisa terwujud. Ini terungkap dari hasil survei perbankan Price WaterhouseCoopers (PwC) terhadap senior eksekutif di 100 bank di Indonesia. Ashley Wood, Penasihat Teknis PwC Indonesia, mengungkapkan, lebih dari 49% bankir melihat NIM tahun ini akan stagnan di level seperti tahun lalu. Penyebabnya, inflasi dan penerapan premi risiko (risk premium) yang lebih tinggi, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Risiko kredit juga tetap menjadi risiko utama, kendati rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap stabil di 3%.