JAKARTA. Bankir menilai tingkat selisih suku bunga kredit dan bunga deposito yang terindikasi sebagai margin bunga bersih alias nett interest margin (NIM) di perbankan nasional tidak bisa ditekan lebih kecil. Pasalnya, biaya operasional bank di Indonesia masih mahal dan belum bisa tertutup oleh pendapatan fee atau fee based income.Direktur Utama Bank BNI Gatot Murdianto Suwondo menuturkan, margin bunga bersih bank memang harus di atas angka 5%. "Mau tidak mau harus di atas angka itu karena operating expenditure masih belum bisa ditopang oleh fee based income," jelas Gatot dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VI, Senin malam (1/3).NIM perbankan di Indonesia sejauh ini rata-rata berkisar 6%. Bahkan, beberapa bank banyak yang mencetak margin bunga bersih hingga dua digit. Bank Indonesia (BI) sendiri menginginkan agar perbankan nasional bisa sedikit mempersempit selisih dua bunga tersebut agar bunga kredit bisa lebih rendah. Otoritas perbankan berharap, NIM bank di Indonesia bisa seperti NIM perbankan di luar negeri yakni di kisaran 3% hingga 4% saja.Bankir pesimis hal tersebut bisa diterapkan di Indonesia. "Kalau di luar negeri mengapa NIM mereka bisa rendah? Itu karena fee based income mereka sudah besar yang didukung dari non recurring fee berupa pendapatan produk derivatif," papar Gatot. Banyak bank di luar negeri, yang mengandalkan produk derivatif untuk mengeruk laba. Adapun di Indonesia, bank masih mengandalkan pendapatan bunga.Selain itu, bunga simpanan di luar negeri sejauh ini memang rendah. "Di sana bunga deposito bisa nol persen. Di sini? Mana bisa? Orang minta bunga, kalau tidak mereka bawa uangnya pergi," tandasnya. Namun, bukan berarti NIM sama sekali tidak bisa diperkecil. Menurutnya, bank bisa saja genjot fee based dari recurring fee seperti dari sms banking atau internet banking. "Kalau mau tingkatkan recurring fee, maka harus bangun infrastruktur. Maka itu kami akan fokus di pembenahan infrastruktur," pungkas Gatot.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bankir : Sulit Menekan NIM Perbankan Hingga Dibawah 5%
JAKARTA. Bankir menilai tingkat selisih suku bunga kredit dan bunga deposito yang terindikasi sebagai margin bunga bersih alias nett interest margin (NIM) di perbankan nasional tidak bisa ditekan lebih kecil. Pasalnya, biaya operasional bank di Indonesia masih mahal dan belum bisa tertutup oleh pendapatan fee atau fee based income.Direktur Utama Bank BNI Gatot Murdianto Suwondo menuturkan, margin bunga bersih bank memang harus di atas angka 5%. "Mau tidak mau harus di atas angka itu karena operating expenditure masih belum bisa ditopang oleh fee based income," jelas Gatot dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VI, Senin malam (1/3).NIM perbankan di Indonesia sejauh ini rata-rata berkisar 6%. Bahkan, beberapa bank banyak yang mencetak margin bunga bersih hingga dua digit. Bank Indonesia (BI) sendiri menginginkan agar perbankan nasional bisa sedikit mempersempit selisih dua bunga tersebut agar bunga kredit bisa lebih rendah. Otoritas perbankan berharap, NIM bank di Indonesia bisa seperti NIM perbankan di luar negeri yakni di kisaran 3% hingga 4% saja.Bankir pesimis hal tersebut bisa diterapkan di Indonesia. "Kalau di luar negeri mengapa NIM mereka bisa rendah? Itu karena fee based income mereka sudah besar yang didukung dari non recurring fee berupa pendapatan produk derivatif," papar Gatot. Banyak bank di luar negeri, yang mengandalkan produk derivatif untuk mengeruk laba. Adapun di Indonesia, bank masih mengandalkan pendapatan bunga.Selain itu, bunga simpanan di luar negeri sejauh ini memang rendah. "Di sana bunga deposito bisa nol persen. Di sini? Mana bisa? Orang minta bunga, kalau tidak mereka bawa uangnya pergi," tandasnya. Namun, bukan berarti NIM sama sekali tidak bisa diperkecil. Menurutnya, bank bisa saja genjot fee based dari recurring fee seperti dari sms banking atau internet banking. "Kalau mau tingkatkan recurring fee, maka harus bangun infrastruktur. Maka itu kami akan fokus di pembenahan infrastruktur," pungkas Gatot.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News