KONTAN.CO.ID - Mesir pada hari Senin (16/10) menyayangkan sikap Israel yang dianggap tidak kooperatif dalam proses pengiriman bantuan ke Gaza melalui satu-satunya pintu masuk yang tidak mereka kuasai. Mengutip
Reuters, saat ini ratusan ton bantuan tertahan di titik penyeberangan Rafah, pintu masuk penting bagi pasokan yang sangat dibutuhkan ke wilayah kantong Palestina yang dikepung Israel. Jalur Rafah idak ditutup secara resmi tetapi tidak dapat dioperasikan karena serangan udara Israel di sisi Gaza.
Baca Juga: Mahmoud Abbas: Tindakan Hamas Tidak Mewakili Rakyat Palestina "Ada kebutuhan mendesak untuk meringankan penderitaan warga sipil Palestina di Gaza. Hingga saat ini pemerintah Israel belum mengambil sikap untuk membuka penyeberangan Rafah dari sisi Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan dan keluarnya warga," kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry. Jalur Rafah rencananya tidak hanya digunakan untuk memasukkan bantuan kemanusiaan saja, tetapi juga menjadi lajur evakuasi bagi para penduduk yang memegang paspor asing. Sejak serangan Israel ke Gaza semakin intensif, 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut kehilangan aliran listrik. Situasi itu membuat layanan kesehatan dan air berada di ambang kehancuran, dan bahan bakar untuk generator rumah sakit semakin menipis.
Baca Juga: Mesir Bersedia Fasilitasi Pengiriman Bantuan ke Gaza Melalui Sinai Situasi Rafah kini juga selalu dipantau oleh PBB. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa perang yang terjadi saat ini memang membuat pengiriman bantuan melalui Rafah menjadi sangat sulit. "Perlu ada mekanisme, mengingat hal ini melibatkan banyak pihak, beberapa di antaranya tidak bisa berbicara secara halus. Kami sedang mengupayakannya dengan mitra-mitra utama," katanya. Sementara itu, stasiun radio yang berafiliasi dengan Hamas, Aqsa, mengatakan bahwa telah terjadi penembakan lagi di daerah penyeberangan Rafah pada hari Senin. Di tengah situasi itu, ratusan ribu warga Palestina telah mengungsi di Gaza, beberapa di antaranya membawa mobil dan koper ke selatan menuju penyeberangan Rafah. Sayangnya, banyak juga dari mereka yang harus kembali ke utara karena gagal mendapatkan perlindungan.