KONTAN.CO.ID - DW. Deeksha Sharma dari Nepal perlu sekitar 500 euro untuk menutup biaya hidup sehari-hari sebagai mahasiswa di kota Oldenburg. Sebagai mahasiswa asing, dia sudah mendapat izin kerja paruh waktu, agar bisa meringankan beban orang tuanya. Tetapi kemudian virus corona menyerang. Wabah corona dan lockdown yang diberlakukan untuk meredam penyebarannya menyulitkan mahasiswa yang biasa bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya. Banyak mahasiswa yang kehilangan pekerjaan sampingan ini dan terpaksa harus menguras tabungan atau meminta bantuan orang tua mereka. Situasi jadi lebih sulit lagi bagi mahasiswa asing. "Saya punya masalah besar tiga bulan terakhir. Saya masih harus bayar sewa apartemen, beli makanan, tapi saya tidak ingin minta uang lagi kepada orang tua," kata Deeksha Sharma.
Bantuan Pinjaman Lunak Kementerian Pendidikan Pemerintah Jerman menyadari masalah itu dan sudah mencanangkan program bantuan pinjaman lunak bagi mahasiswa. Bekerjasama dengan bank bantuan pembangunan KfW, setiap mahasiswa di Jerman, tanpa memandang kewarganegaraannya, bisa mengajukan permohonan bantuan lunak. "Paket bantuan khusus mahasiswa dari Kementerian Pendidikan ini unik di tataran Eropa, bahkan mungkin juga secara internasional," kata Menteri Pendidikan Anja Karliczek. Paket ini disiapkan untuk mahasiswa dan siswa, baik nasional maupun internasional, yang saat ini ada di Jerman. Pinjaman lunak berupa uang 650 euro per bulan itu diberikan bebas bunga mulai Juli tahun ini sampai Maret tahun depan. Bunganya 4 persen baru akan dihitung mulai April tahun depan, sedangkan angsuran pertama baru jatuh tempo 18 bulan setelah transfer bank pertama. Angsuran pinjaman rendah dan tidak memberatkan Deeksha Sharma mengaku senang mendengar ada fasilitas itu, dan dia tidak teralu khawatir dengan angsuran untuk membayar kembali pinjaman lunak tersebut karena kondisinya cukup ringan. Mahasiswa bisa memilih sendiri besaran angsuran mereka, yang dimulai dengan 20 euro per bulan. Dia sendiri cukup yakin bisa mendapat pekerjaan lagi saat corona mereda, dan bisa mengembalikan pinjaman itu tanpa kesulitan besar. Sejak fasilitas ini diumumkan bulan Mei lalu, sekitar 8.000 mahasiswa internasional telah mengajukan permohonan, mereka terutama berasal dari Iran, India, Bangladesh, Suriah, dan Tunisia, kata Philip Rauh dari KfW. Berbeda dengan mahasiswa Jerman, yang sudah bisa menerima uang pada awal Juni, mahasiswa asing baru menerima uangnya pada awal Juli, sebulan lebih lambat. Sebab banyak persyaratan teknis dan administratif yang mesti disiapkan, jelasnya.
Tidak semua memenuhi syarat Tapi Kornelia von Kaisenberg dari Perhimpunan Mahasiswa Protestan mengatakan, banyak mahasiswa asing yang tidak memenuhi persyaratan, karena bantuan hanya diberikan kepada mereka yang terdaftar sebagai mahasiswa tidak lebih lama dari 10 semester. "Padahal banyak mahasiswa internasional melewati semester kesepuluh, karena mereka kebanyakan harus bekerja selama kuliah untuk membiayai studinya", katanya. Dia menerangkan, mereka sekarang masih bisa meminta bantuan dari organisasi-organisasi mahasiswa, misalnya dari perhimpunannya. Selain itu, Kementerian Pendidikan Jerman juga punya program fasilitas tunjangan bagi mahasiswa asing. Tunjangan itu berupa uang antara 100 euro sampai 500 euro per bulan, yang tidak perlu dikembalikan (Info: https://www.xn--berbrckungshilfe-studierende-06cf.de/start). Selain pemerintahan federal, negara-negara bagian juga punya program bantuan bagi mahasiswa asing yang menghadapi kesulitan finansial.
Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti