KONTAN.CO.ID - Sumedang. Gempa Sumedang pada Minggu 31 Desember 2024 menyebabkan ratusan rumah rusak. Pemerintah segera memberikan bantuan hingga Rp 60 juta untuk perbaikan rumah yang rusak akibat gempat Sumedang. Sumedang diguncang gempa hingga 5 kali, Minggu (31/12/2023). Gempa pertama terasa M4.1 dengan kedalaman 7 kilometer, sekitar pukul 14.35 WIB. Gempa Sumedang kedua terasa M 3,4 kedalaman 6 kilometer, sekitar pukul 15.38 WIB, gempa ketiga yang paling besar terasa M 4,8 kedalaman 5 kilometer sekitar pukul 20.34. Kemudian, dua kali gempa Sumedang susulan terasa sekitar pukul 23.00. Lalu gempa Sumedang terakhir terasa pada Senin,31 Januari 2024, sekitar pukul 03.00 WIB.
Sementara itu, hingga Senin (1/1/2024) siang, Pemda Sumedang melalui BPBD Sumedang merilis data pasca-gempa terjadi, menyebabkan 138 rumah rusak ringan, 120 rusak berat. Kemudian, total pengungsi pasca-gempa mencapai 456 orang, 11 korban gempa, dan tidak ada korban jiwa. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, dampak gempa yang terjadi di pusat kota Sumedang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat cukup mengagetkan. "Semula, kita perkirakan tidak berdampak signifikan. Sebetulnya ada (terjadi) lima gempa, tapi yang lainnya kecil-kecil. Tapi yang malam itu sampai 4,8, dan ternyata berdampak signifikan," ujar Suharyanto kepada sejumlah wartawan di tenda sementara di sekitar RSUD Sumedang, Senin (1/1/2024) sore. Suharyanto mengatakan, setelah melakukan kroscek ke lapangan, terdapat banyak rumah warga yang rusak akibat gempa. Untuk itu, kata Suharyanto, Pemerintah Kabupaten Sumedang harus bergerak cepat melakukan pendataan terkait kerusakan yang ditimbulkan, terutama terkait kerusakan rumah warga. "Jadi untuk penanganannya, langkah pertama tadi Pj. Bupati sudah menetapkan tanggap darurat selama 7 hari. Artinya, pemerintah akan membantu penanggulangan secara intensif. Kami (Pemerintah) memberikan bantuan Rp 300 juta untuk penanganan. Untuk berbagai kebutuhan," tutur Suharyanto.
Baca Juga: Akibat Gempa Sumedang, 138 Rumah Rusak, Tiga Orang Luka Suharyanto berharap, pendataan harus dilakukan segera, dan tidak menunggu hingga 7 hari status tanggap darurat selesai. "Pemerintah daerah saya minta segera mendata mana yang rusak berat, sedang dan ringan, pendataan bisa cepat," sebut Suharyanto. Suharyanto menyebutkan, seperti instruksi Presiden Joko Widodo, pemerintah akan memberikan bantuan sesuai dengan spesifikasi kerusakannya. "Bapak Presiden sudah menetapkan, yang menderita, yang rumahnya hancur (rusak berat) mendapat bantuan dari pemerintah Rp 60 juta. Dengan bantuan ini, paling tidak yang tidak punya (biaya) sama sekali bisa kembali membangun rumahnya," sebut Suharyanto. Sementara, untuk rumah yang rusak sedang pemerintah akan memberikan bantuan Rp 30 juta, serta rumah rusak ringan Rp 15 juta. "Mudah-mudahan, ini bisa dilaksanakan dengan cepat dan tepat. Tidak menunggu 7 hari," kata Suharyanto. Penyebab gempa Sumedang merusak Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan bangunan akibat gempa. Pertama, kedalaman gempa atau hiposenter yang dangkal atau hanya 5 kilometer. "Gempa sangat dangkal ini menjadikan percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat kuat sehingga memicu guncangan sangat kuat," kata Daryono kepada Kompas.com dalam keterangan tertulis, Senin (1/1/2023). Kemudian faktor lainn banyaknya rumah rusak akibat gempa Sumedang adalah mengenai kualitas bangunan. "Faktor kualitas bangunan rumah yang rendah, jauh di bawah standar aman gempa bumi atau bukan rumah tahan gempa," katanya.
Kemudian kondisi tanah juga menjadi salah satu faktor penyebab. "Kondisi tanah lunak di Sumedang yang dapat beresonansi sehingga terjadi aplifikasi guncangan gempa," kata Daryono. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Mengapa Gempa M 4,8 Sumedang Merusak Banyak Bangunan?", dan "
Kepala BNPB: Gempa Sumedang Ternyata Berdampak Signifikan, Status Siaga Bencana 7 Hari",
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto