JAKARTA. Perkembangan bisnis bank pembangunan daerah (BPD) dianggap stagnan. Kondisi ini disebabkan banyak BPD yang ternyata mengalami kesulitan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Menurut Josua Pardede, Pengamat Perbankan, sampai saat ini kalangan BPD menghadapi kendala permodalan yang terbatas. Sebab tidak semua pemerintah daerah di Indonesia memiliki anggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD) yang besar. Tentu ini berakibat tak semua daerah mampu melakukan suntikan modal tambahan dalam jumlah besar kepada BPD yang dimiliki. “Mau tak mau agar bisa maksimal menggenjot pertumbuhan kreditnya, maka BPD juga harus maksimal dalam menghimpun DPK. Tapi justru sampai saat ini banyak BPD kesulitan bersaing dengan bank umum nasional dalam menghimpun DPK,” kata Josua saat dihubungi KONTAN, Senin, (8/9).
Banyak BPD kesulitan himpun DPK
JAKARTA. Perkembangan bisnis bank pembangunan daerah (BPD) dianggap stagnan. Kondisi ini disebabkan banyak BPD yang ternyata mengalami kesulitan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Menurut Josua Pardede, Pengamat Perbankan, sampai saat ini kalangan BPD menghadapi kendala permodalan yang terbatas. Sebab tidak semua pemerintah daerah di Indonesia memiliki anggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD) yang besar. Tentu ini berakibat tak semua daerah mampu melakukan suntikan modal tambahan dalam jumlah besar kepada BPD yang dimiliki. “Mau tak mau agar bisa maksimal menggenjot pertumbuhan kreditnya, maka BPD juga harus maksimal dalam menghimpun DPK. Tapi justru sampai saat ini banyak BPD kesulitan bersaing dengan bank umum nasional dalam menghimpun DPK,” kata Josua saat dihubungi KONTAN, Senin, (8/9).