KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis menilai pencarian pendanaan melalui
rights issue bakal ramai pada tahun ini. Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan,
rights issue bakal jadi salah satu pilihan emiten dalam menggalang dana tahun ini. Berdasarkan data OJK, hingga 14 April 2021 sudah ada tujuh emiten yang menggelar
rights issue dengan total emisi Rp 12,74 triliun. PT Bank Jago Tbk (
ARTO) menjadi perusahaan dengan perolehan dana segar terbanyak sebesar Rp 7,05 triliun dari gelaran
rights issue, kemudian PT Bank Mayapada International Tbk dengan nilai emisi Rp 1,99 triliun.
Zamzami menambahkan, melalui
rights issue emiten dapat memperoleh dana tanpa perlu membayar bunga, seperti halnya jika emiten merilis obligasi.
Baca Juga: Merger Gojek dan Tokopedia bakal bikin Bank Jago kian bertaji “Dari penggalangan dana, apabila majority shareholdernya commit harusnya aman-aman saja. Serta selama penggunaan dananya dapat berdampak positif ke emiten harusnya dapat menarik dana juga,” ujarnya ketika dihubungi Kontan, Selasa (18/5). Nah, dalam beberapa waktu dekat ada beberapa emiten yang berencana untuk menggalang dana melalui
rights issue. Misalnya saja PT Adi Sarana Armada Tbk (
ASSA), PT Buana Lintas Lautan Tbk (
BULL), PT Bank Bukopin Tbk (
BBKP), PT Bank Neo Commerce (
BBYB) PT Bank Harda Internasional Tbk (
BBHI), dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (
SAME). Zamzami memandang beberapa rencana
rights issue tersebut terbilang menarik dari segi harga, dimana harga eksekusi di bawah harga pasar, ambil contoh
rights issue ASSA. ASSA berencana melakukan penawaran umum terbatas untuk penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau
rights issue dengan menerbitkan obligasi konversi sebesar 600 juta obligasi dengan jumlah pokoknya senilai Rp 720 miliar.
Baca Juga: Sejumlah emiten bakal menggelar rights issue, simak rekomendasi berikut ini Harga pelaksanaan
rights issue ini adalah sebesar Rp 1.200. Saat ini harga saham ASSA dipatok di Rp 2.030 per saham. Selanjutnya, ia menuturkan prospek penggunaan dana hasil dari
rights issue juga menjadi pertimbangan menarik atau tidaknya untuk dieksekusi. “RI menarik untuk dieksekusi karena prospek penggunaan dana dapat memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, misal untuk ekspansi, aksi korporasi (merger), sehingga berpotensi dapat berdampak positif ke sahamnya di masa depan,” paparnya.
Baca Juga: Sinergi online groceries di balik masuknya Gojek ke Grup Lippo Yang tak kalah penting, Zamzami menyarankan pelaku pasar untuk lebih dulu menunggu kejelasan terkait detail RI dari masing-masing emiten, seperti
exercise price, ratio, tujuan penggunaan dana, dan juga tanggal pelaksanaanya. “Investor juga dapat menghitung-hitung harga teoritis setelah
cum date dan menyesuaikan dengan posisi mereka di
average berapa. Investor dapat menghitung potensi dilusi kepemilikan sahamnya, kalau tidak mau dieksekusi, investor juga bisa jual rights-nya,” tambah Zamzami. Lantaran ada beberapa emiten yang belum memberikan informasi secara detail terkait rencana RI, Zamzami belum dapat memberikan rekomendasi untuk pelaku pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli