KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten properti diproyeksikan bakal membaik seiring dengan pulihnya perekonomian. Sebelumnya, sektor ini menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari indeks saham sektor properti, real estate, dan konstruksi yang memberikan imbal hasil minus 23,35% secara
year-to-date (Ytd). Analis Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso mengatakan, ada berbagai faktor yang mempengaruhi pemulihan sektor properti, selain era suku bunga rendah seperti saat ini.
Pertama, kredit bermasalah atau
non-performing loan (NPL) baik rumah tapak (
landed house) maupun apartemen mulai melandai dan tidak lagi mencetak rekor tertingginya. Hal ini menyebabkan pihak perbankan, sebagai pemberi pinjaman kredit pemilikan rumah (KPR), akan lebih mudah menyalurkan pinjaman.
Kedua, pemulihan di sektor properti memiliki keunikan, terutama dari sisi pendapatan kelas menengah. Berdasarkan survei Bank Indonesia, hanya tipe rumah berukuran menengah (medium) yang mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan. Peningkatan triwulanan hanya terjadi pada tipe rumah kecil, sedangkan rumah tipe besar masih mengalami penurunan baik kuartalan maupun tahunan.
Baca Juga: Summarecon (SMRA) dan Bumi Serpong Damai (BSDE) geber ekspansi di akhir tahun “Inilah faktor-faktor yang sangat krusial untuk mendorong pemulihan sektor property,” ujar Bimo kepada Kontan.co.id, Kamis (10/12). Melansir Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, penjualan properti hanya tumbuh 1,51% secara tahunan pada periode Juli-September 2020. Realisasi ini melambat dari kuartal kedua tahun ini yang mencapai 1,59%. Penurunan penjualan rumah paling signifikan terjadi pada rumah tipe besar yakni mencapai 60,03% secara tahunan, lebih dalam dari penurunan di kuartal kedua yang turun 36,71%. Panin Sekuritas merekomendasikan emiten properti yang meluncurkan produk dengan harga di bawah Rp 2 miliar per unit yang cocok untuk kelas menengah di Indonesia. Sehingga, emiten tersebut bisa mencapai target
marketing sales. Emiten yang dimaksud seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE) dengan rekomendasi
beli dan target harga Rp 1.200 per saham. Bimo juga merekomendasikan
beli saham PT Ciputra Development Tbk (
CTRA) dengan target harga Rp 1.200 per saham. Pelaku pasar juga bisa mencermati saham PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON). Meskipun emiten ini menyasar pasar kelas atas, tetapi karena adanya potensi pemulihan dari vaksinasi, masyarakat diharapkan lambat laun merasa percaya diri untuk kembali ke mal. Bimo juga merekomendasikan
beli saham PWON dengan target harga Rp 600 per saham. Sementara itu, dalam laporannya di Asia Pacific Equity Research, Senin (6/12), JP Morgan juga menilai era suku bunga yang rendah akan mendorong permintaan pengembang properti. Di sisi lain, penanganan kasus pandemi di Jakarta dan Surabaya, menjadi kunci utama bagi pendapatan PWON dari segmen pusat perbelanjaan.
Dalam rebalancing Indeks MSCI Indonesia pada Juni 2020, dua emiten properti yakni BSDE dan PWON didepak dari indeks utama, yang penyebab utamanya adalah penurunan kapitalisasi pasar sekitar 50% akibat Covid-19. JP Morgan menilai, seiring dengan pulihnya perekonomian dan pasar saham, emiten properti ini berpotensi kembali masuk ke dalam Indeks MSCI, yang mana menjadi indeks acuan investor asing di Tanah Air. Ini bisa menjadi katalis positif bagi saham sektor properti. JP Morgan menjatuhkan pilihan terhadap saham PWON karena profil pendapatan berulangnya (
recurring income) yang cukup kuat, yakni lebih dari 50% serta posisi neracanya yang paling sehat diantara emiten sektor properti lainnya. Pilihan juga jatuh kepada saham PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) karena hadirnya proyek Bekasi City yang pertumbuhannya dinilai cepat. Serta saham CTRA karena kontribusi segmen pasarnya yang terus berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat