Banyak manfaatnya,mudah budidaya



Peminat tanaman sayuran untuk dibudidayakan lantas dijual cukup besar. Salah satu tanaman sayuran yang cukup populer di lidah masyarakat Indonesia adalah sayuran oyong atau gambas. Sayuran oyong berasal dari India dengan nama Latin Luffaactungala atau ridged gourd. Jenis tanaman ini tumbuh dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah buah muda. Kegunaan lainnya selain untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, serat bunga karangnya (bagian dalam buah tua) juga digunakan untuk sabut. Sementara daunnya digunakan untuk lalap atau dapat juga digunakan untuk obat bagi penderita demam.

Salah satu penjual dan pembudidaya tanaman oyong ini adalah Muhidin. Ia memiliki lahan seluas 5.000 meter persegi (m2) di Dalurung, Bantar Jati, Bogor, Jawa Barat. Ia sudah membudidayakan tanaman sayuran  ini sejak tahun 2003.


Menurut pria yang akrab di sapa Idin ini, permintaan oyong cukup tinggi. Selain karena bisa digunakan untuk sayuran, juga berkasiat menurunkan panas. Tanaman oyong bisa tumbuh di ketinggian berapa saja dan dimana saja, apalagi di daerah tropis seperti Indonesia.

Menanam oyong menggunakan biji. Sebelumnya, tanah harus dicangkul atau digemburkan dulu dan dipupuk agar bisa tumbuh subur. Setelah biji ditanam, lalu ditutup dengan tanah setebal 5 cm. Tanaman yang merambat ini bisa mulai dipanen setelah 40 hari atau sekitar dua bulan. Panjang buah bisa mencapai 40 cm.

Menurut Idin, lahan oyong seluas 5.000 m2 miliknya bisa menghasilkan 10-20 ton oyong. Ia membanderol harga sayuran ini sekitar Rp 5.000 per kilogram (kg). Dia mengaku tidak semua produksinya terjual. Kendati demikian ia mengaku bisa meraih minimal Rp 16 juta dari berjualan oyong ini.

Nurhadi, pembudidaya oyong di Ketapang, Kalimantan Barat yang memiliki 1.000 batang di lahan 500 m2 juga berceritera, membudidayakan tanaman ini lumayan mudah. Namun ini mengaku hanya bisa memperoleh sekitar 250 kg-300 kg buah oyong sekali panen.

Ia menjelaskan, buah oyong bisa dipanen sekali dua hari sejak mulai masa panen tiba. Nurhadi menjual hasil panennya ke beberapa agen pengumpul dengan harga sekitar Rp 3.000 -Rp 5.000 per kg.  Saat ini, Nurhadi memiliki lima agen pengumpul langganan.

Selama masa produksi yang mencapai 20 kali panen, Nurhadi bisa mengantongi omzet Rp 9 juta-Rp 11 juta. Sementara modal sejak mulai penanaman berkisar Rp 4 juta-Rp 5 juta. "Peluang budidaya oyong masih cukup besar. Masa panennya sangat cepat, budidaya mudah dan harga jualnya masih cukup bagus," ujar Nurhadi. n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini