Banyak obat palsu, baiknya tak tergiur harga murah



JAKARTA. Peredaran obat palsu dan ilegal masih marak di Indonesia. Bahkan, banyak dari obat-obat tersebut yang tak hanya dijual di toko obat, tapi juga dijual online.

Masih kurangnya pengetahuan masyarakat, terhadap perbedaan obat asli dan palsu, menjadi salah satu penyebab maraknya perdagangan obat palsu dan ilegal.

Padahal, jika dikonsumsi terus-menerus, obat palsu sangat membahayakan kesehatan.


Menurut World Health Organization (WHO), obat palsu adalah obat yang secara sengaja disalahgunakan, baik menyangkut identitas dan atau sumbernya.

Pemalsuan obat ini tak hanya terhadap obat bermerk, tetapi juga pada obat generik. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Les Enterprises Du Medicament (LEEM), 10% dari obat-obatan di seluruh dunia adalah obat palsu.

“Konsumsi obat palsu ini, efeknya sangat berbahaya bagi tubuh. Tujuannya minum obat kan untuk sembuh dari sakit, ini sakitnya malah tidak kunjung sembuh dan jadi berkepanjangan. Selain itu juga bisa menyebabkan tubuh kebal dengan obat, bahkan hingga menyebabkan kematian,” ujar Parulian Simanjuntak, Direktur Eksekutif IPMG saat ditemui dalam acara Anti-Counterfeit Day 2015 di Jakarta, Rabu (3/6).

Obat palsu dan obat asli masih sangat sulit dibedakan dengan kasat mata. Pasalnya, biasanya bentuk, warna dan kemasan obat palsu sangat mirip dengan obat asli. Sehingga, untuk mengetahui apakah suatu obat asli atau palsu, perlu melalui uji laboratorium.

Menurut Arustiyono Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), salah satu cara untuk menghindari obat palsu adalah dengan membeli obat di apotik yang memiliki surat izin apotek dan ada apotekernya.

“Karena, kalau beli obatnya tidak di apotek, kita memang tidak bisa langsung bilang bahwa itu obat palsu, tapi yang jelas kualitasnya pasti rendah. Misalnya sudah repackaging, padahal sudah hampir kadaluarsa. Sedangkan, kualitas obat itu kan semakin lama mutunya pasti semakin turun. Ada juga yang kandungan zat berkhasiatnya dikurangi atau kandungan zatnya berbeda dan konsumen tidak tahu kualitas sebenarnya. Ini kan berbahaya,” ungkapnya.

Arustiyono menambahkan, konsumen sebaiknya memerhatikan dengan seksama setiap obat yang dibeli. Kalau kemasannya sudah terlihat kusam atau ditawarkan dengan harga murah, konsumen harus curiga ada sesuatu dengan obat tersebut. Jangan terjebak dengan harga murah. (Bestari Kumala Dewi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan