JAKARTA. Pemerintah mengembangkan banyak pilihan untuk mencari calon pembeli gas blok Natuna D Alpha. Selain mencari calon pembeli, upaya menjodoh-jodohkan PT Pertamina (Persero) selaku pemilik blok dengan calon mitra juga dilakukan pemerintah. "Kita kan sedang mencoba untuk mencari market, supaya tidak sampai terlambat. Takutnya market belum dapat, ternyata Natuna sudah waktunya harus dikembangkan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Kamis (23/4). Salah satu calon pembeli yang sedang dibujuk pemerintah untuk mau membeli gas yang nantinya diproduksi Natuna D Alpha adalah PTT, BUMN Migas asal Thailand. "Sebetulnya dengan PTT dulu sudah dibicarakan. Tetapi kan dihentikan karena mereka dapat gas dari daerah Burma. Sekarang gas dari perusahaan Yataguna dan Yatakun Burma itu sudah mulai declining karena sudah 10 tahun lebih berproduksi. Sekarang PTT lagi lihat kanan kiri untuk mendapatkan kelangsungan suplai," ujarnya. Selain mencari calon pembeli lain yang berminat di kawasan Asia Tenggara, pemerintah menurut Purnomo juga menginginkan banyak dari produksi Natuna D Alpha nantinya dikonsumsi oleh industri pengguna gas dalam negeri. "Opsi dalam negeri juga ada, yakni cara distribusinya dengan menggunakan pipa dari East Natuna ke West Natuna. Lalu disambungkan dengan pipa milik McDermott di Batam. Dari Batam bisa ditarik ke domestik," jelasnya. Namun, bukan berarti mengalokasikan gas Natuna D Alpha untuk pembeli dalam negeri tidak ada kendala. Salah satunya, menurut Purnomo, adalah keekonomian dari gas itu sendiri mengingat biaya investasi di Natuna D Alpha mulai dari konstruksi sampai produksi pasti mahal sekali. "Skenario lainnya untuk mendapatkan harga yang lebih ekonomis adalah mengubah gasnya dulu menjadi gas alam cair (LNG) sebelum dikirim ke luar negeri maupun domestik. Dulu PTT pernah menyampaikan harganya bisa lebih tinggi kalau dikirim menggunakan pipa, dibandingkan jika dikirim dalam bentuk LNG. Tapi saya lupa berapa selisihnya. Sekali lagi semuanya masih what if skenario," jelasnya. Sekedar mengingatkan, dengan bertandangnya PM Malaysia ke Indonesia khusus untuk membicarakan Natuna D Alpha memberi sinyal kuat minat Petronas bermitra dengan Pertamina. Sampai saat ini, konfirmasi dari pihak Pertamina belum diperoleh. Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan belum menanggapi pertanyaan yang dilontarkan KONTAN terkait kemungkinan menetapkan Petronas sebagai calon mitra mengelola Natuna D Alpha. Sejak November 2008 lalu setidaknya sudah ada dua keputusan besar yang diambil Pertamina. Pertama, menyatakan akan melepas 60% kepemilikan di Natuna D Alpha dengan tetap menggenggam 40%-nya sebagai saham mayoritas. Artinya Pertamina bisa saja bermitra dengan lebih dari satu perusahaan untuk menjaga kepemilikannya tetap mayoritas. Kedua, dari hasil beauty contest yang dilakukan Pertamina terhadap 20 perusahaan setidaknya ada delapan perusahaan yang menjadi kandidat kuat calon mitra Pertamina. Yaitu ExxonMobil Oil Indonesia, Total Indonesie, Chevron Pacific Indonesia, StatOilHydro Norway, Shell Indonesia, ENI, Petronas, dan China National Petroleum Company (CNPC). Perusahaan yang masuk seleksi tahap kedua ini, akan diminta memasukkan angka penawaran serta swap aset apa yang bisa diberikan untuk mendukung produksi gas blok Natuna D Alpha. Pengembangan Natuna D Alpha, diperkirakan akan menelan biaya investasi mencapai US$ 52 miliar. Blok gas ini diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar hingga 46 triliun kaki kubik. Namun, 70 persen cadangan gas tersebut mengandung CO2. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Banyak Opsi untuk Cari Calon Pembeli Gas Blok Natuna
JAKARTA. Pemerintah mengembangkan banyak pilihan untuk mencari calon pembeli gas blok Natuna D Alpha. Selain mencari calon pembeli, upaya menjodoh-jodohkan PT Pertamina (Persero) selaku pemilik blok dengan calon mitra juga dilakukan pemerintah. "Kita kan sedang mencoba untuk mencari market, supaya tidak sampai terlambat. Takutnya market belum dapat, ternyata Natuna sudah waktunya harus dikembangkan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Kamis (23/4). Salah satu calon pembeli yang sedang dibujuk pemerintah untuk mau membeli gas yang nantinya diproduksi Natuna D Alpha adalah PTT, BUMN Migas asal Thailand. "Sebetulnya dengan PTT dulu sudah dibicarakan. Tetapi kan dihentikan karena mereka dapat gas dari daerah Burma. Sekarang gas dari perusahaan Yataguna dan Yatakun Burma itu sudah mulai declining karena sudah 10 tahun lebih berproduksi. Sekarang PTT lagi lihat kanan kiri untuk mendapatkan kelangsungan suplai," ujarnya. Selain mencari calon pembeli lain yang berminat di kawasan Asia Tenggara, pemerintah menurut Purnomo juga menginginkan banyak dari produksi Natuna D Alpha nantinya dikonsumsi oleh industri pengguna gas dalam negeri. "Opsi dalam negeri juga ada, yakni cara distribusinya dengan menggunakan pipa dari East Natuna ke West Natuna. Lalu disambungkan dengan pipa milik McDermott di Batam. Dari Batam bisa ditarik ke domestik," jelasnya. Namun, bukan berarti mengalokasikan gas Natuna D Alpha untuk pembeli dalam negeri tidak ada kendala. Salah satunya, menurut Purnomo, adalah keekonomian dari gas itu sendiri mengingat biaya investasi di Natuna D Alpha mulai dari konstruksi sampai produksi pasti mahal sekali. "Skenario lainnya untuk mendapatkan harga yang lebih ekonomis adalah mengubah gasnya dulu menjadi gas alam cair (LNG) sebelum dikirim ke luar negeri maupun domestik. Dulu PTT pernah menyampaikan harganya bisa lebih tinggi kalau dikirim menggunakan pipa, dibandingkan jika dikirim dalam bentuk LNG. Tapi saya lupa berapa selisihnya. Sekali lagi semuanya masih what if skenario," jelasnya. Sekedar mengingatkan, dengan bertandangnya PM Malaysia ke Indonesia khusus untuk membicarakan Natuna D Alpha memberi sinyal kuat minat Petronas bermitra dengan Pertamina. Sampai saat ini, konfirmasi dari pihak Pertamina belum diperoleh. Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan belum menanggapi pertanyaan yang dilontarkan KONTAN terkait kemungkinan menetapkan Petronas sebagai calon mitra mengelola Natuna D Alpha. Sejak November 2008 lalu setidaknya sudah ada dua keputusan besar yang diambil Pertamina. Pertama, menyatakan akan melepas 60% kepemilikan di Natuna D Alpha dengan tetap menggenggam 40%-nya sebagai saham mayoritas. Artinya Pertamina bisa saja bermitra dengan lebih dari satu perusahaan untuk menjaga kepemilikannya tetap mayoritas. Kedua, dari hasil beauty contest yang dilakukan Pertamina terhadap 20 perusahaan setidaknya ada delapan perusahaan yang menjadi kandidat kuat calon mitra Pertamina. Yaitu ExxonMobil Oil Indonesia, Total Indonesie, Chevron Pacific Indonesia, StatOilHydro Norway, Shell Indonesia, ENI, Petronas, dan China National Petroleum Company (CNPC). Perusahaan yang masuk seleksi tahap kedua ini, akan diminta memasukkan angka penawaran serta swap aset apa yang bisa diberikan untuk mendukung produksi gas blok Natuna D Alpha. Pengembangan Natuna D Alpha, diperkirakan akan menelan biaya investasi mencapai US$ 52 miliar. Blok gas ini diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar hingga 46 triliun kaki kubik. Namun, 70 persen cadangan gas tersebut mengandung CO2. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News