KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Citatah Tbk (
CTTH), produsen marmer terbesar di Indonesia mencatatkan penurunan kinerja di kuartal I 2022 lantaran banyaknya pelanggan yang menunda pekerjaan sehingga rencana pengiriman proyek menjadi mundur.
Head of Finance & Accounting Citatah, Michelle Darmawan menjelaskan, secara umum, Citatah melihat bahwa tahun ini CTTH masih menghadapi sejumlah tantangan besar seperti perang Rusia-Ukraina serta pandemi Covid-19 yang berimbas negatif pada perekonomian global termasuk Indonesia. Michelle menjelaskan, pandemi Covid-19 yang dimulai dari awal 2020 berdampak sangat signifikan pada seluruh aktivitas perekonomian. Hal ini menyebabkan pengiriman ke sejumlah proyek komersial sampai Maret 2022 mengalami banyak penurunan.
Baca Juga: Citatah (CTTH) Bidik Penjualan Tumbuh 32% pada Tahun 2022 “Persoalan ini juga dikarenakan banyaknya pelanggan yang menunda pekerjaan proyek baik di dalam dan luar negeri sehingga banyak perubahan atau mundurnya rencana pengiriman ke proyek,” jelasnya dalam paparan publik di Jakarta, Selasa (26/7). Tantangan tersebut tercermin pada hasil produksi tambang yang naik signifikan di kuartal I 2022 namun volume produksi pabrik justru menurun cukup dalam. Lebih jelasnya, pada kuartal I 2022, CTTH mencatatkan peningkatan volume penambangan sekitar 54,2% yoy menjadi 1.806 meter kubik dibandingkan kuartal I 2022 sebanyak 764 meter kubik. Michelle menjelaskan peningkatan volume tambang ini lantaran pihaknya menambang pada lapisan marmer yang baik. Kendati demikian, Citatah mencatatkan penurunan hasil produksi di kuartal I 2022. Di pabrik Sulawesi terjadi penurunan produksi 3,7% yoy menjadi 50.243 meter persegi dan di pabrik Karawang penurunan lebih besar hingga 40,7% yoy menjadi 4.910 meter persegi. Michelle menjelaskan lebih lanjut, hingga Maret 2022 penjualan yang berhasil dibukukan Citatah senilai Rp 23,8 miliar atau turun 3,52% yoy dibandingkan kuartal I 2021 yang senilai Rp 24,67 miliar. Jika dilihat lebih rinci, penjualan Citatah ke dalam negeri justru mengalami penurunan hingga 35,04% yoy menjadi Rp 14,77 miliar dan ekspor justru melonjak hingga 368,55% yoy menjadi Rp 9,02 miliar.
Baca Juga: Industri Keramik Investasi Rp 300 Miliar, RI Menuju Produsen Lima Besar Dunia Michellle memaparkan, proyek apartemen dan kantor mewah di pasar domestik masih terpukul dampak pandemi Covid-19. Namun demikian, pihaknya tetap mencatatkan pengiriman ke beberapa proyek di dalam negeri seperti ke Villa Golf Island di Jakarta, Arumaya Apartement (Jakarta), Aereum Apartement (Jakarta), Capital Square (Surabaya), dan Revo Town (Bekasi). Sedangkan pasar ekspor mengalami lonjakan penjualan karena adanya pemulihan pasar di Amerika dan Korea Selatan di mana Citatah memasok ke beberapa proyek apartemen di sana. Sampai dengan Maret 2022 Citatah melakukan pengiriman ke proyek Versialles Mansion di Amerika Serikat, serta Slab & Tiles ke India dan Korea Selatan. “Dalam ketidakpastian kondisi saat ini kami tetap bertahan dan mencari pesanan-pesanan baru meskipun proses pengerjaan baru akan dikerjakan di tahun berikutnya,” ujarnya. Sampai dengan Maret 2022, Citatah juga mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 2,2 miliar atau lebih baik dibandingkan kuartal I 2021 di mana pihaknya mencatatkan kerugian bersih Rp 8,9 miliar. Michelle bilang, Citatah berusaha bertahan menghadapi pandemi dengan melakukan efisiensi biaya secara menyeluruh.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, perolehan kas dan setara kas di kisaran Rp 4,5 miliar dan persediaan akhir mengalami kenaikan 3,3% yoy karena adanya efek produksi yang belum terserap oleh proyek. Michelle menjelaskan, Citatah menggunakan barang jadi yang ada dalam persediaan guna memenuhi pengiriman ke beberapa proyek. Adapun pihaknya juga menurunkan angka persediaan serta mengimplementasikan kontrol yang ketat terhadap pembelian bahan baku sesuai dengan kemajuan proyek dan jadwal pengiriman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .