Banyak Perusahaan Global Terjungkal di Tahun Kerbau



NEW YORK. Pendapatan perusahaan di Standard & Poors 500 kemungkinan akan makin menipis dan mencatatkan kemerosotan selama delapan kuartal perturut-turut. Di Eropa dan Asia, outlook tahun 2009 ini kemungkinan jauh lebih buruk seiring dengan resesi mengikis permintaan untuk barang-barang ritel dan ekspor. "Ini akan menjadi masa yang menyedihkan," kata Bruce McCain, chief investment strategist Key Private Bank di Cleveland. Menurutnya, laba perusahaan kemungkinan tidak akan melonjak hingga akhir 2009. "Pasar akan pulih terlebih dahulu, kemudian perekonomian akan pulih, sesudahnya baru pendapatan perusahaan pulih," imbuhnya. Perusahaan memang harus berjuang ditengah permintaan konsumen yang melorot dan cash flow yang berkurang setelah perbankan mengetatkan pinjaman lantaran harus mengatasi menguapnya dolar AS di sektor properti. "Kami membukukan puncak laba pada tahun 2007, dan pada tahun 2009 ini kami akan melihat kondisi yang terus memburuk," beber Diane Garnick, investment strategist Invesco Ltd. di New York. Para analis memprediksikan, pendapatan perusahaan masih menggelinding untuk terus optimis. Sementara keuntungan yang akan digaet oleh perusahaan-perusahaan AS menanjak 4,3% sepanjang tahun ini, namun laba di Eropa justru diprediksikan akan merosot sepanjang tahun 2009. Para analis juga memprediksikan bakal muncul laporan perekonomian yang buruk di luar Asia lantaran resesi belum begitu dirasakan di sana.

Nah, mari menguping perkiraan dari sejumlah analis yang disurvei oleh Bloomberg tentang pendapatan yang naik maupun turun pada sejumlah perusahaan global. Energi: Industri yang bergerak di sektor energi akan memimpin kemerosotan ini, dengan pendapatan yang diprediksikan turun 29% pada tahun 2009. Keuntungan yang akan di kantongi Exxon Mobil Corp., Chevron Corp. dan ConocoPhillips, perusahaan minyak terbesar di AS, kemungkinan akan menyusut setelah resesi mengikis permintaan terhadap bahan bakar. Hitungannya, harga minyak dunia juga akan terus menciut 78% dari puncaknya di bulan Juli 2008. Sementara itu, di Irving, Exxon Mobil, perusahaan terbuka di sektor energi yang terbesar di dunia, pendapatannya kemungkinan akan tergerus sebesar 39% menjadi US$ 28,2 miliar. Menurut survei Bloomberg, ini merupakan penurunan pertama sejak 2002. "Kami menduga pendapatan industri energi akan terjun bebas, khususnya eksplorasi dan produksi," kata Gene Pisasale, dari PNC Capital Advisors in Baltimore. Ritel: Menurut perkiraan para analis, pendapatan ritel AS akan anjlok 20% tahun ini. International Council of Shopping Centers di New York memprediksikan 73.000 gerai di AS bakal gulung tikar di semester pertama tahun 2009. Tutupnya gerai di AS ini akan memperpanjang daftar kebangkrutan ritel setelah tahun lalu juga sempat tutup sebanyak 148.000 gerai. Asal tahu saja, angka itu merupakan yang paling besar sejak 2001. "Anda akan melihat department stores, gerai yang menjual barang-barang khusus, gerai yang menjual barang diskon, gerai grosir, gerai waralaba, akan tutup," ujar Burt Flickinger, managing director Strategic Resource Group, persahaan konsultan ritel di New York. AnnTaylor Stores Corp., Talbots Inc. dan Sears Holdings Corp. merupakan gerai yang tak cukup menunjukkan penjualan yang kinclong lantaran pelanggannya mengetatkan bujet belanja mereka. Lebih dari selusin ritel AS bangkrut tahun lalu, termasuk Circuit City Stores Inc., Linens ‘n Things Inc. dan Sharper Image Corp. Sementara itu, Wal-Mart Stores Inc., kemungkinan akan dilaporkan membukukan kenaikan laba sebesar 6% dengan menawarkan harga yang lebih mini bagi pelanggannya. Perbankan: JPMorgan Chase & Co., Citigroup Inc., Bank of America Corp., Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley, bank-bank kelas kakap di AS, kemungkinan akan menggudangkan laba yang besar tahun ini. "Namun, untuk industri finansial yang besar, tahun ini tetap akan menjadi tahun yang sulit," kata David Burg, analis Alpine Woods Capital Investors LLC di New York. Menurutnya, cerita untuk tahun 2009 masih akan bertransformasi secara radikal. Yaitu, secara fundamental perusahaan akan mengubah model bisnisnya. Goldman Sachs dan Morgan Stanley, yang merupakan dua perusahaan sekuritas terbesar di As sebelum akhirnya berubah menjadi perbankan, kemungkinan akan terdesak sebesar 15% lantaran aksi merger, akuisisi dan kecilnya underwriting fee. Hal ini ditegaskan oleh Kenneth Worthington, analis JPMorgan di New York. Otomotif: Perusahaan otomotif di AS akan terlihat meningkat di tahun 2009 setelah penjualan terjun bebas tahun lalu. Untungnya, pemerintah bersedia memberi dana talangan sebesar US$ 13,4 miliar untuk menyambung hidup General Motors Corp. dan Chrysler LLC. Namun, para analis masih menghitung tahun ini GM bakalan kehilangan duitnya sebesar US$ 12,8 miliar. Ini masih mini ketimbang tahun lalu yang membukukan kerugian sebesar US$ 19,6 miliar. Sedangkan Ford Motor Co. kemungkinan akan kehilangan US$ 6,38 miliar, lebih kecil dibandingkan kerugian tahun lalu yang mencapai US$ 9,2 miliar. IT: Konsumen kemungkinan akan mengendalikan pengeluarannya, sehingga membuat penjualan Apple Inc., produsen iPhone dan Macintosh merosot. Hal ini diprediksi oleh David Bailey, analis Goldman Sachs di New York. Sementara itu, Google Inc., justru akan mencatatkan keuntungan yang naik sebesar 14% pada tahun 2009 ini lantaran mereka juga menurunkan pengeluaran mereka. "Risiko jangka pendek yang paling besar adalah bagaimana hitungan tersebut di atas akan menyebar ke seluruh dunia. Inilah kartu yang paling liar!" tegas McCain dari Key Private Bank. Pendapatan di perusahaan Eropa kemungkinan akan anjlok 21% di tahun 2009. Bandingkan dengan kenaikan yang sempat mereka gaet sebesar 4,7% tahun lalu. Laba Royal Dutch Shell Plc, perusahaan minyak terbesar di Eropa, kemungkinan akan melorot 27%. Perusahaan ini menunda proyeknya di Canada dan Australia karena permintaan minyak juga turun. Ritel di Eropa kemungkinan akan merosot 12% tahun ini. Diskon jor-joran yang mencapai 70% selama musim belanja memporak-porandakan margin keuntungan dan kemungkinan akan menggiring pada kebangkrutan. Hal ini dikatakan oleh Nick Hood dari Begbies Traynor. Bulan lalu, Nokia Oyj, produsen ponsel terbesar, menegaskan bahwa pasar ponsel global tahun ini kemungkinan akan mengalami penyusutan untuk yang pertama kalinya sejak tahun 2001. Menurut perkiraan para analis, pendapatan di Espoo, basis Nokia di Finlandia, kemungkinan akan menciut 14% tahun 2009. Sementara itu, separo Asia kemungkinan akan terperosok ke masa resesi tahun ini seiring dengan tergerusnya pendapatan ekspor sebesar US$ 700 miliar. Menurut Macquarie Group Ltd., hal ini bakalan menyebabkan perekonomian di Jepang, Hong Kong, Singapura, Korsel dan Taiwan terjungkal. Pendapatan sejumlah perusahaan di Jepang kemungkinan akan berlanjut semakin tergerus setelah yen menguat terhadap mata uang asing di tahun 2008 dan membabat nilai ekspor. Credit Suisse Group AG memprediksikan, pendapatan akan berada di titik paling lemah pada semester pertama tahun ini bagi produsen otomotif, produsen mesin dan perusahaan teknologi. "Tidak ada yang akan kebal menghadapi penurnan ini. Inilah saatnya untuk melihat siapa yang yang kehilangan paling sedikit, dan siapa yang mendapatkan paling banyak," kata Song Sang Hoon, analis Kyobo Securities Co. di Seoul. Diantara perusahaan teknologi, Sony Corp. yang berbasis di Tokyo kemungkinan akan mengeliminasi 16.000 karyawannya seiring dengan penjualan televisi Bravia dan kamera digital Cyber-shot yang merosot. Sedangkan Panasonic Corp. memproyeksikan akan mendapatkan laba per 31 Maret 2009 90% lebih kecil dibandingkan antisipasi sebelumnya. "Kuartal pertama 2009 akan menjadi kuartal yang sungguh-sungguh buruk. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk memulihkan kembali kepercayaan diri," kata Frederic Dickson, dari D.A. Davidson & Co. di Lake Oswego, Oregon.


Editor: