Banyak potensi, ekspor udang Indonesia berpotensi kian membesar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor komoditas udang Indonesia sedang membaik. Nilai ekspor udang budidaya pada periode Januari-Agustus 2018 melejit 71,16% dibanding periode sama tahun lalu menjadi US$ 13,25 juta. Sementara, ekspor udang hasil tangkap naik 12,28% menjadi US$ 16,26 juta.

Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto menjelaskan, kinerja yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut menunjukkan minat internasional pada produk udang Indonesia memang besar. Hal ini juga tercermin dari semakin banyaknya pengusaha udang.

Iwan menjelaskan, terdapat tiga jenis tambak udang yakni tradisional, semi-intensif dan intensif. Menurutnya, terjadi kenaikan sebesar 10% pada kelompok tambak insentif. Sedangkan tambak tradisional dan semi-intensif  telah menjamur.


"Sekarang banyak tambak tradisional rakyat karena teknologi makin mudah, makin banyak dan bisa terjangkau di halaman rumah seperti yang banyak dibuka di pantai Jawa Selatan," jelas dia kepada Kontan.co.id, Jumat (21/9).

Walau tak merinci angka tambak saat ini, namun Iwan meyakini, tren usaha tambak udang sedang populer karena selain pengembangan usaha makin mudah, produk udang dihargai dengan baik. Saat ini, udang vanname ukuran 50 dihargai Rp 80.000 per kilogram, sebelumnya harga sempat turun menjadi Rp 65.000 per kilogram karena stok dunia berlimpah akibat panen.

Perhitungan untung ini belum memperkirakan selisih kurs saat ekspor, berkat melemahnya nilai tukar rupiah, nilai sesungguhnya dari udang yang diekspor bisa terkerek hingga harga Rp 90.000 per kg atau lebih.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyatakan, produksi udang budidaya Indonesia masih bisa dikembangkan lagi. "Sampai sekarang utilitas Unit Pengelolaan Ikan masih rendah, untuk udang dikisaran 60%," kata dia.

Menurutnya, dalam setahun produksi udang budidaya diharapkan mencapai 500.000 ton. Sedangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun ini menargetkan produksi udang mencapai 700.000 ton. Oleh karenanya, dibutuhkan dorongan besar untuk mencapai target tersebut.

Apalagi, produktivitas dari sisi pengolahan masih bisa dikembangkan lagi. Tambah lagi, udang Indonesia merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan yang digemari konsumen di Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Mengacu pada data Kementerian Pertanian AS (USDA), impor udang AS baik dalam bentuk beku dan olahan dari Indonesia pada semester pertama 2018 mencapai US$ 715.801, naik 6,86% dari periode sama tahun lalu. Kinerja ini setara 20% dari impor udang AS seluruhnya. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sumber udang AS, setelah India yakni US$ 1,15 juta pada periode sama.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menilai ekspor perikanan Indonesia sedang dalam posisi yang sangat baik. Tak hanya itu, ia menyebut  perang dagang AS dengan China seharusnya disambut dengan meningkatkan produktivitas dan ekspor perikanan Indonesia ke  AS karena berkurangnya pangsa pasar China di negara tersebut.

Apalagi, udang menyumbang hingga 42% neraca perdagangan perikanan Indonesia pada semester pertama 2018. Pada periode tersebut, produk udang memberi kontribusi pada neraca perdagangan sebesar US$ 859,15 juta, naik 7,57% yoy, dengan volume naik 14,13% menjadi 95.230 ton.

Sedangkan neraca perdagangan perikanan pada paruh pertama tahun ini dari sisi nilai mencapai US$ 2,05 miliar atau naik 13,88% dari kinerja periode sama tahun lalu di US$ 1,81 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat