Banyak sentimen negatif, penerbitan surat utang multifinance masih sepi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Buntut dari beberapa kasus yang mendera multifinance masih berdampak pada penerbitan surat utang hingga saat ini. Salah satunya kasus gagal bayar bunga medium term notes (MTN) PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) pada kuartal III-2018 lalu.

Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) mencatatkan terdapat 8 perusahaan pembiayaan yang telah menyampaikan mandat surat utang dan belum dilisting senilai Rp 11,6 triliun per 13 Mei 2019. Adapun total penerbitan surat utang yang dimandatkan kepada PEFINDO dan belum dilisting sebanyak Rp 52,67 triliun.

Senior Vice President Financial Institution Ratings Pefindo Hendro Utomo menyatakan dari 8 perusahaan pembiayaan ini termasuk perusahaan pembiayaan khusus seperti PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). "Dari 8 perusahaan pembiayaan tersebut,  5 multifinance jumlah emisinya sebesar Rp 2,8 triliun," ujar Hendro di Jakarta pada Rabu (15/5).


Hendro pun memprediksi pada kuartal ke II 2019 ini penerbitan surat utang perusahaan multifinance sedikit turun. Terdapat beberapa faktor seperti kestabilan politik akibat pemilihan umum (Pemilu), libur lebaran pada bulan Juni hingga beberapa kasus gagal bayar multifinace tahun lalu.

"Dari sisi permintaan, karena banyak multifinance yang masuk kepada bisnis consumer finance maka penurunan permintaan mobil dan motor akan turut berdampak. Di sisi lain, investor akan cenderung selektif, mengingat tahun lalu banyak kasus di multifinance, sedikit banyak akan pengaruh pada penyerapan emisi," jelas Hendro.

Lanjut Hendro, kasus pada tahun lalu menyadarkan investor bahwa ada risiko dan mengkaji ulang strategi berinvestasi di segmen multifinace. Hal ini menyebabkan semakin sedikit calon investor yang akan masuk ke dalam surat utang multifinance.

"Kalau demand sedikit maka yield naik, mereka harus bayar lebih mahal. Hal ini membuat perusahaan multifinance mikir ulang kenapa harus bayar biaya lebih besar. Ditambah lagi Otoritas Jasa Keuangan semakin ketat," papar Hendro..

Kendati demikian, Hendro masih melihat bahwa perusahaan multifinance akan kembali banyak menerbitkan surat utang pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Namun Ia melihat, secara jumlah masih lebih sedikit dari pada tahun lalu.

Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan terdapat 10 perusahaan pembiayaan termasuk multifiance yang telah menerbitkan surat utang hingga 13 Mei 2019. Penerbitan surat utang ini sebesar Rp 18,01 triliun. Adapun obligasi sebanyak Rp 15,56 triliun, MTN senilai Rp 843,5 miliar. Terakhir sukuk sebanyak Rp 1,61 triliun.

Penerbitan surat utang oleh perusahaan multifinance ini memberikan kontribusi paling besar dari penerrbitan surat utang secara keseluruhan. Adapun total penerbitan surat utang seluruh sektor sebesar Rp 36, 41 triliun per 13 Mei 2019.

Sedangkan data 2018 lalu, perusahaan pembiayaan telah menerbitkan surat utang secara nasional sebanyak Rp 41,81 triliun. Penerbitan surat utang ini dilakoni oleh 23 perusahaan pembiayaan dengan rincian Rp 32,86 triliun lewat obligasi.

Sedangkan untuk MTN sebesar Rp 5,03 triliun, lalu sukuk sebanyak Rp 2,09 triliun. Kemudian penerbitan sekuritisasi sebesar Rp 1,82 triliun.

Salah satu perusahaan multifinance yang akan menerbitkan obligasi adalah PT Federal International Finance (FIF). Anak perusahaan Astra ini akan menerbitkan obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) IV dengan nilai penerbitan total Rp 15 triliun. Tahap pertama ini akan diterbitkan senilai Rp 1,5 triliun dengan tingkat bunga yang ditawarkan di kisaran 7,25%-9%.

Direktur Keuangan FIF Hugeng Gozali menyatakan surat utang ini ditawarkan untuk pasar investor institusi dan ritel. Bagi pasar ritel, denominasi yang ditawarkan mulai Rp 1 juta dan kelipatannya.

Perusahaan juga membidik pasar ritel lantaran ada peningkatan yang signifikan, yaitu 85% terhadap jumlah investor ritel  yang berinvestasi di obligasi FIF saat ini dibandingkan pada penerbitan penerbitan sebelumnya. .

"Tujuan penerbitan obligasi ini adalah untuk menunjang pembiayaan sepeda motor Honda. Penerbitan obligasi ini merupakan salah satu instrumen pendanaan yang kami pilih karena ditunjang oleh situasi dan kondisi pasar obligasi yang masih kondusif," kata Hugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi