Banyak Startup Lokal Bangkrut, Begini Kata Menteri Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA Tahun 2022 merupakan tahun yang berat bagi perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Pasalnya, sejumlah startup melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bangkrut dan menutup layanannya lantaran berbagai alasan.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, bahwa masalah yang dihadapi startup pada tahun 2022 yang berimbas pada tumbangnya perusahaan dan penghentian layanan merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, hal tersebut tidak akan berdampak terhadap realisasi investasi di Indonesia.

"Startup ini kan model bisnis yang harus diantisipasi, betul, ada naik turunnya, memang namanya bisnis itu naik turun, tinggal bagaimana kemampuan mereka memitigasi," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers BKPM belum lama ini, dikutip Jumat (27/1).


Baca Juga: Investasi Naik Tapi Penyerapan Tenaga Kerja Rendah, BKPM Ungkap Penyebabnya

Kondisi startup yang mengalami kebangkrutan tersebut diyakini tidak berdampak pada kinerja investasi di Indonesia. Ini terbukti dari realisasi investasi 2022 yang berhasil mencapai target bahkan melampauinya.

"Kalau dampaknya kepada investasi dalam konteks akumulasi realisasi insyaallah baik-baik saja," katanya.

Menurutnya, setiap pengusaha yang baru memasuki dunia bisnis memang akan menghadapi berbagai masalah, terlebih lagi pada perusahaan rintisan yang penuh dinamika dan harus diantisipasi oleh pengusaha.

"Tidak ada pengusaha tanpa masalah dan itu jangan dibuat masalah terlalu besar," katanya.

Baca Juga: Mengapa Investor Ogah Lirik Sektor Padat Karya?

Berdasarkan catatan, ada beberapa perusahaan rintisan (startup) yang melakukan PHK di sepanjang 2022, mulai dari Shoppe, SayurBox hingga RuangGuru. Sementara startup Airy Rooms, Fabelio, dan Sorabel terpaksa harus menghentikan layanannya secara permanen atau bangkrut.

Sebelumnya, Bahlil melaporkan, realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun. Realisasi itu mencapai 100,61% dari target investasi tahun 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .