Banyak stok, Freeport berniat mengajukan kuota ekspor tambahan



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Meski mengalami penurunan produksi di tengah masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke penambangan bawah tanah (underground mine), namun PT Freeport Indonesia (PTFI) berminat untuk mengajukan kuota tambahan ekspor konsentrat tembaga.

Vice President Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengatakan, penambahan kuota produksi dimungkinkan lantaran PTFI masih memiliki persediaan atau stockpile di open pit. "Ada kemungkinan (mengajukan) di atas kuota yang sekarang, kita masih ada stockpile yang bisa digunakan," kata Riza, Rabu (8/5) malam.

Hanya saja, Riza masih belum mau menyebutkan berapa besaran kuota ekspor tambahan, serta kapan permohonan itu akan diajukan ke Kementerian ESDM. Saat ini, sambung Riza, PTFI masih melakukan kajian dan penghitungan karena selain bergantung pada ketersediaan stockpile, besaran kuota ekspor tambahan juga harus memperhitungkan serapan pasar.


"Belum ditentukan, kami masih mengkaji. Kalau yang minat pasti ada, tapi besarannya berapa tetap perlu dihitung," imbuh Riza.

Di sisi lain, dalam rangkaian laporan Kuartal I-2019, Freeport Mc. Moran (FCX), pemegang 48,7% saham PTFI, Executive Vice President & CFO FCX, Kathleen L. Quirk mengatakan bahwa jumlah kuota tambahan yang akan diajukan tidak akan terlalu signifikan, yakni sekitar 40.000 ton. "Ini memang tidak signifikan jika dibandingkan dengan kapasitas smelter kami," katanya.

Riza mengatakan, dengan masa transisi ini, produksi bijih atau ore tembaga PTFI pada tahhun 2019 akan merosot hingga sekitar 50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, imbuh Riza, rata-rata produksi ore harian PTFI mencapai 182.000 ton bijih. "2019 diperkirakan 90.000 atau 100.000 ton, mudah-mudahan bisa lebih," ungkapnya.

Adapun, pada tahun ini produksi konsentrat PTFI direncanakan mencapai 1,3 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 1 juta ton akan dipasok ke dalam negeri, yakni PT Smelting Gresik. "Sesuai kapasitas (Smelting), jadi komitmen kita ke dalam negeri nggak boleh berkurang," ungkapnya.

Alhasil, ekspor PTFI pun mengalami penurunan. Sebagai informasi, pada tahun ini PTFI telah mengantongi perpanjangan izin ekspor sejak 8 Maret 2019. Izin yang berlaku selama satu tahun ke depan tersebut memiliki kuota sebesar 198.282 wet metric ton (wmt).

Jumlah itu anjlok drastis, dimana dalam satu periode terakhir (15 Februari 2018-15 Februari 2019), jumlah kuota ekspor PTFI mencapai 1,25 juta wmt. Riza bilang, ekspor PTFI tersebut menyasar sejumlah pasar seperti Jepang, Korea, China, dan India dengan kontrak yang dinegosiasikan setiap tahun.

Terkait dengan penambahan kuota produksi, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariono mengatakan, pihaknya mempersilakan jika PTFI ingin mengajukan penambahan kuota ekspor konsentrat tembaga. Bambang bilang, rencana penambahan kuota itu dimungkinkan selama sesuai dengan kapasitas smelter terpasang atau progres smelter yang tengah dalam proses pembangunan harus memenuhi target.

"Nanti kita evaluasi (progres smelter), dan yang penting sesuai kapasitas smelter, kalau tidak sesuai kapasitas terpasang ya enggak bisa," ujar Bambang belum lama ini.

Adapun, Menurut Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak, hingga bulan Februari 2019, progres pembangunan smelter PTFI telah memenuhi target enam bulanan.

Sampai dengan periode tersebut, Yunus bilang bahwa progres smelter PTFI yang berlokasi di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu sudah mencapai 3,86% atau melebihi target 90% dari rencana pembangunan per enam bulanan.

"Target mereka dalam enam bulan sudah tercapai. 3,86% tersebut lebih banyak ke proses persiapan lahan dan pemadatan tanah," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini