Banyak tanaman tua, produksi kakao turun



JAKARTA. Usia tanaman yang sudah tua ditambah dengan cuaca buruk membuat produksi kakao makin pahit. Tahun ini, secara nasional, produksi kakao turun 4,65% menjadi 430.000 ton dibandingkan tahun lalu sebesar 450.000 ton.

Zulhefi Sikumbang, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) mengatakan, produksi terbesar akan disumbang oleh Sulawesi Selatan sebanyak 300.000 ton. Sedangkan sisanya sebesar 150.000 ton berasal dari wilayah lain.

Selain usia tanaman dan cuaca buruk, Zulhefi bilang faktor lainnya yang menyebabkan produksi turun adalah alih fungsi lahan. Hal ini terjadi di sentra produksi kakao seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Petani yang semula menanam kakao beralih tanam jagung dan kelapa sawit.


"Ini juga terjadi di beberapa wilayah lain," kata Zulhefi, kemarin (30/1).

La Ode Mandong Sekretaris Askindo Sulawesi Selatan mengatakan, produksi kakao dalam beberapa tahun ini suram. La Ode bilang, untuk periode Januari hingga September 2013, volume ekspor biji kakao yang keluar dari pelabuhan Makassar mencapai 57.677 ton. Jumlah ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 58.221 ton.

La Ode bilang, harga kakao yang tidak mengalami kenaikan dari tahun ke tahun membuat petani tak segan mengganti tanaman mereka. Saat ini harga jual kakao stagnan di level Rp 26.500 per kg.

"Tanaman kakao banyak yang sudah tua, dan kecenderungannya ada alih fungsi lahan," ujar La Ode. Areal lahan kakao di Sulawesi Selatan luasnya 27 hektare (ha).

Di sisi lain, permintaan kakao semakin banyak khususnya untuk industri olahan. Sehingga tak heran jika kenaikan impor biji kakao tak bisa dihindari. Zulhefi memperkirakan impor biji kakao pada 2014 akan naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun ini.

Berdasarkan perhitungan Askindo, tahun ini impor biji kakao sebesar 40.000 sampai 50.000 ton. "Tahun depan, impor biji kakao bisa mencapai 75.000 sampai 100.000 ton," jelas Zulhefi.

Untuk menggenjot produksi kakao, kata Zulhefi harus ada upaya dari pemerintah. Menurut dia, Gerakan Nasional (Gernas) kakao yang dilakukan sejak tahun 2009 lalu tak efektif menaikan produksi kakao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie