JAKARTA. Setelah mengalami penurunan beberapa pekan terakhir, pada hari ini Senin (20/1) saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk ditutup menguat 7%. Jika pada pembukaan perdagangan harga saham berkode PGAS itu Rp 4.410, sedangkan pada penutupan menguat menjadi Rp 4.695.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra menuturkan menguatnya saham PGAS dikarenakan para investor melihat mulai banyak penolakan wacana akuisisi PGN oleh PT Pertamina (Persero). “Penolakan dari berbagai pemangku kepentingan atas rencana Pertamina mengakuisisi PGN, mengembalikan kepercayaan investor terhadap saham PGN, “ kata Fajar seperti dikutip dari Bloomberg.Rencana akuisisi PGN oleh Pertamina, belakangan ini memang mendapat tentangan dari berbagai pihak. Mereka antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Ketua DPR Marzuki Alie, Komisi VI DPR dan berbagai kalangan lainnya.Ketua DPR RI, Marzuki Alie menyatakan bahwa DPR bakal menolak rencana Menteri BUMN Dahlan Iskan agar Pertamina mengakuisisi PGN. Menurut Marzuki rencana akuisisi itu terlalu gegabah dan cenderung mengesampingkan kepentingan nasional."DPR menolak rencana akuisisi Pertamina-PGN. Sangat tidak masuk akal dan aneh rencana yang begitu strategis dan melibatkan dua BUMN besar hanya diputuskan dalam beberapa minggu," kata Ali, akir pekan lalu (17/1).Sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga mengungkapkan kekecewaannya atas langkah Menteri BUMN Dahlan Iskan. IA mengatakan sebagai Menko, dirinya tidak diikutsertakan dalam rapat rencana akuisisi tersebut. Peneliti Pusat Studi Energi UGM Fahmy Radhi juga menyatakan bahwa, jika benar tujuan utama Pertamina mengakusisi PGN semata-mata hanya untuk menerapkan open access, maka upaya korporasi tersebut tidak akan memberikan benefit signifikan bagi Pertamina."Upaya pengambilalihan tersebut dikhawatirkan justru akan menambah beban bagi Pertamina, yang sudah terlanjur tambun di banyak lini bisnis. Lebih-lebih, Pertamina selama ini tak kunjung reda diterpa berbagai masalah, sehingga semakin menjauhkan harapan Pertamina menjadi World Class Oil Company," kata Fahmy seperti dikutip Tribunnews.com, Senin (20/1).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Banyak yang menolak akuisisi, saham PGN naik 7%
JAKARTA. Setelah mengalami penurunan beberapa pekan terakhir, pada hari ini Senin (20/1) saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk ditutup menguat 7%. Jika pada pembukaan perdagangan harga saham berkode PGAS itu Rp 4.410, sedangkan pada penutupan menguat menjadi Rp 4.695.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra menuturkan menguatnya saham PGAS dikarenakan para investor melihat mulai banyak penolakan wacana akuisisi PGN oleh PT Pertamina (Persero). “Penolakan dari berbagai pemangku kepentingan atas rencana Pertamina mengakuisisi PGN, mengembalikan kepercayaan investor terhadap saham PGN, “ kata Fajar seperti dikutip dari Bloomberg.Rencana akuisisi PGN oleh Pertamina, belakangan ini memang mendapat tentangan dari berbagai pihak. Mereka antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Ketua DPR Marzuki Alie, Komisi VI DPR dan berbagai kalangan lainnya.Ketua DPR RI, Marzuki Alie menyatakan bahwa DPR bakal menolak rencana Menteri BUMN Dahlan Iskan agar Pertamina mengakuisisi PGN. Menurut Marzuki rencana akuisisi itu terlalu gegabah dan cenderung mengesampingkan kepentingan nasional."DPR menolak rencana akuisisi Pertamina-PGN. Sangat tidak masuk akal dan aneh rencana yang begitu strategis dan melibatkan dua BUMN besar hanya diputuskan dalam beberapa minggu," kata Ali, akir pekan lalu (17/1).Sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga mengungkapkan kekecewaannya atas langkah Menteri BUMN Dahlan Iskan. IA mengatakan sebagai Menko, dirinya tidak diikutsertakan dalam rapat rencana akuisisi tersebut. Peneliti Pusat Studi Energi UGM Fahmy Radhi juga menyatakan bahwa, jika benar tujuan utama Pertamina mengakusisi PGN semata-mata hanya untuk menerapkan open access, maka upaya korporasi tersebut tidak akan memberikan benefit signifikan bagi Pertamina."Upaya pengambilalihan tersebut dikhawatirkan justru akan menambah beban bagi Pertamina, yang sudah terlanjur tambun di banyak lini bisnis. Lebih-lebih, Pertamina selama ini tak kunjung reda diterpa berbagai masalah, sehingga semakin menjauhkan harapan Pertamina menjadi World Class Oil Company," kata Fahmy seperti dikutip Tribunnews.com, Senin (20/1).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News