Banyak yang minati global bond korporasi



JAKARTA. Penerbitan obligasi berdenominasi valuta asing alias global bond, tahun ini, bakal semarak. Kebijakan Amerika Serikat (AS) mempertahankan bunga acuan di level rendah, menjadi momentum tepat bagi para emiten menjaring pendanaan dengan biaya lebih murah.

Imbal hasil U.S Treasury tenor 5 tahun-10 tahun saat ini berkisar 0,78%-1,87%. Sedangkan tenor tiga tahun, yield-nya sebesar 0,36%. Obligasi berdenominasi dollar AS mengacu ke surat utang terbitan Negeri Paman Sam.

Herdi R. Wibowo, Head of Debt Capital Market Trimegah Securities, acuan bunga yang rendah bisa membuat tingkat kupon global bond ikut rendah. Dari sisi emiten, tentu menguntungkan jika bunga kupon rendah. "Selama kuartal III, emisi global bond akan semakin marak karena kebutuhan dana korporasi untuk refinancing meningkat," ujarnya, Senin (7/5).


Korporasi juga diuntungkan dengan kondisi makro ekonomi domestik yang cukup kondusif. Hal ini membuat minat pemodal global terhadap global bond Indonesia, tinggi. Tengok saja, obligasi dollar AS terbitan PT Pertamina (Persero) yang diserbu investor hingga US$ 9,3 miliar.

Sebelumnya, sudah ada beberapa korporasi menerbitkan global bond. Misalnya, PT Alam Sutera Reality Tbk, (ASRI), melalui anak usahanya Alam Sutera International Pvt Ltd, menerbitkan obligasi senilai US$ 150 juta, dengan kupon tetap 10,75%.

Lalu PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) senilai US$ 500 juta dengan kupon 7,25%. Tenor kedua obligasi tersebut lima tahun. Berikut, obligasi dollar AS oleh PT Bank BNI Tbk (BBNI) US$ 500 juta. Dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) senilai US$ 300 juta.

Risiko inflasi

Namun, kondisi pasar obligasi domestik yang tersandera risiko kenaikan inflasi akibat potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), bisa menjadi penyebab kupon naik. "Pasar akan melihat respons kebijakan fiskal dan moneter akibat ekspektasi inflasi. Tren penguatan dollar AS terhadap rupiah juga bisa memicu imported inflation sehingga kupon obligasi dollar AS bisa terkerek," jelas Herdi.

Perkiraan dia, di kuartal III-2012, kupon global bond bisa naik berkisar 25-50 basis poin dibandingkan awal tahun lalu. Selain itu, jika perekonomian global makin jauh dari pemulihan, animo investor berburu aset dari emerging market, seperti Indonesia, ikut surut.

Fadlul Imamsyah, Vice President Investment CIMB Asset Management, menambahkan, jika mengasumsikan stabilitas nilai tukar rupiah, kupon global bond bisa lebih murah daripada bunga obligasi rupiah. Memang, tinggi-rendahnya bunga, ujung-ujungnya bergantung pada peringkat emiten dan potensi pasar. Global bond terbitan korporasi Indonesia banyak diminati oleh investor asing asal Asia.

Faktor risiko menjadi pertimbangan utama investor sebelum memutuskan menempatkan dana di sebuah instrumen. "Global bond terbitan perusahaan yang berpendapatan dollar AS, risikonya lebih rendah dibandingkan korporasi berpendapatan dalam rupiah," ujar Fadlul.

I Made AS, Analis Nusantara Capital Securities, memperkirakan, nilai emisi obligasi dollar AS oleh korporasi Indonesia di tahun ini, bisa naik hingga 50% dibandingkan dengan nilai penerbitan sepanjang tahun lalu.

Beberapa korporasi yang sudah menyatakan niat menerbitkan global bond di 2012, seperti PT PLN, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), dan PT Medco Energy International Tbk (MEDC).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.