Bapanas: Defisit Produksi Jadi Momok Kenaikan Harga Beras Dalan Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beras masih melambung jelang Ramadan ini. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras yang bergejolak belakangan ini lantaran produksi tengah mengalami depresiasi. Disparitas antara produksi dan konsumsi beras nasional terus mengalami defisit dalam 8 bulan terakhir. 

"Meskipun total tahun 2023 kita masih surplus 340 ribu ton, tapi kemudian di Januari dan Februari 2024 ini, produksi versus konsumsi kita minus 2,8 juta ton," ungkap Arief, Sabtu (24/2). 

Defisit ini berdampak pada kenaikan harga gabah yang mencapai Rp 8.000-8.500/kg. Sehingga secara langsung melambungkan harga beras hingga Rp 16.000/kg di pasaran. 


Meski begitu, pihaknya mengklaim bahwa kenaikan beras ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja, melainkan di seluruh belahan dunia.  

Baca Juga: Indonesia Darurat Impor Pangan

Dalam laporan terbaru, Organiasi Pangan Dunia (FAO) menyebutkan pada Januari 2024 ini indeks harga ebras dunia mencapai 142,8 poin. Indeks ini mengalami kenaikan 13% dibandingkan nilai tahun sebelumnya dan merupakan angka tertinggi selama 4 tahun terakhir. 

"Bayangkan dalam kondisi hari ini, tapi negara tidak punya stok CPP (Cadangan Pangan Pemerintah), sementara pemerintah harus melakukan intervensi dalam mengatasi fluktuasi beras di masyarakat," tambahnya. 

Menyadur data Panel Harga Badan Pangan Nasional, Minggu (26/2), harga beras premium sudah mencapai Rp 16.360/kg niak tipis 0,62. Sementara harga beras jenis medium naik 0,91% menjadi Rp 14.390/kg. 

Keduanya sudah menjauhi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diketahui, HET beras premium ditetapkan sebesar Rp 12.900 s.d 14.800/kg dan jenis medium ditetapkan sebesar Rp 10.900 s.d 11.800/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati