KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya bertugas melakukan kalkulasi kebutuhan stok nasional secara komprehensif dan memastikan ketersediaan telah tercukupi atau diperlukan pasokan dari sumber lainnya. "Lalu apabila terlihat ada gejolak harga di masyarakat, kita terus gelontorkan stok dalam bentuk intervensi pemerintah dan bantuan pangan beras guna menekan harga,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Senin (13/11). Ia menambahkan, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di akhir tahun ini ditargetkan dapat terjaga di 1,2 juta ton. Pemerintah juga akan menyiapkan untuk penyerapan hasil dalam negeri pada saat panen raya yang kemungkinan ada di Mei dan Juni tahun depan. Hal tersebut, lantaran produksi dalam negeri harus menjadi nomor satu untuk penguatan ketersediaan stok.
Adanya kemungkinan mundurnya masa panen raya yang menjadi pada Mei dan Juni disebabkan masa tanam yang terlambat akibat kemarau. Namun Arief mengaku tetap optimis produksi dalam negeri dapat memperkuat CBP.
Baca Juga: Dampak El Nino, Mentan: RI Berpotensi Impor hingga 5 Juta Ton Beras pada Tahun 2024 “Jadi 70% untuk tanaman padi itu ada di semester pertama, lalu semester kedua itu sisa panen. Dengan itu, semester pertama panen harus berhasil, mulai dari bibitnya, benihnya, dan sumber airnya. Kita semua tentu ingin sumber CBP diperkuat dari dalam negeri agar para petani terus termotivasi berproduksi,” ungkap Arief. Ia menjelaskan, di kawasan ASEAN, memang produksi beras Indonesia termasuk yang terbesar. Akan tetapi yang harus dikejar adalah gap antara produksi dan konsumsi. Misalnya Gap tahun 2022 sendiri sekitar 1,3 juta ton. "Kalau dengan kebutuhan konsumsi nasional tahun ini sekitar 30 juta ton, sebaiknya produksi dalam negeri terus kita genjot,” kata Arief. Selain dari dalam negeri, pemenuhan CBP juga didapatkan dari importasi. Ia mengatakan percepatan realisasi importasi beras dilakukan secara terukur untuk memastikan ketersediaan beras aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat berpendapatan rendah. “Jadi hari ini kita lakukan importasi, tapi importasi yang terukur karena tetap menjaga harga di tingkat petani berada di atas biaya produksi dan margin petani. Harga di tingkat petani jangan sampai jatuh, sehingga petani tetap semangat berproduksi,” ujar Arief. Arief menambahkan, importasi yang dilakukan pemerintah hanya untuk pemenuhan stok CBP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog dalam mengamankan stabilitas pasokan dan harga beras. Ia pun menegaskan penggunaan CBP hanya diperuntukkan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat. “Cadangan beras kita pastikan harus di atas 1 juta ton
secured. Ini nomor satu ketersediaan dulu. Kalau harga di hilir tentunya kita tekan dengan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, program bantuan pangan beras ini juga diperpanjang dari hingga Desember 2023 dan nanti di tahun depan juga kita akan siapkan untuk bantuan pangannya hingga Juni 2024,” ungkap Arief. Perkembangan stok CBP yang ada saat ini
secured di angka 1,3 juta ton.
Baca Juga: Konsisten Naik, Harga Gula Sentuh Puncak Tertinggi dalam Tiga Tahun Terakhir Adapun sumber pengadaan CBP yang bersumber dari dalam negeri sejumlah 912.500 ton. Selanjutnya total CBP yang telah disalurkan telah capai 2,1 juta ton dalam berbagai bentuk program antara lain SPHP 885.000 ton, bantuan pangan beras tahap pertama 640.000 ton, bantuan pangan beras tahap kedua 537.000 ton, golongan anggaran 69.000 ton, dan tanggap darurat 2.300 ton.
Berdasarkan data The U.S. Department of Agriculture tahun 2022, Indonesia termasuk produsen beras terbesar ke-4 di dunia setelah China, India, dan Bangladesh. Produksi beras Indonesia di 2022 tercatat sebesar 31,5 juta ton sementara konsumsi selama 2022 sebesar 30,1 juta ton. Dengan ini masih ada
gap surplus antara produksi dan konsumsi di 1,3 juta ton. Kemudian, saat ini situasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menunjukkan adanya tren penurunan. Pada 1 Oktober harga beras medium (IR 64 III) berada di angka Rp 11.331 per kilogram (kg). Ini mengalami penurunan 332 poin pada harga per 9 November yang tercatat berada di Rp10.999 per kg dengan jumlah stok beras sebesar 32.047 ton. Sementara pantauan harga beras di tingkat konsumen sesuai Panel Harga Pangan NFA, juga terlihat tren penurunan harga. Pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata semua provinsi untuk beras medium berada di angka Rp 13.220 per kg. Ini mengalami depresiasi 50 poin pada 12 November menjadi Rp 13.170 per kg. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi