JAKARTA. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memimpikan, harga emas dalam negeri bisa menjadi harga acuan komoditas emas domestik. "Saat ini, kita masih mengikuti harga emas dari bursa luar negeri karena perdagangan emas kita belum likuid," kata Syahrul R Sempurnajaya, kepala Bappepti di sela-sela acara launching produk GOL 100 Bursa Berjangka Jakarta, Selasa (3/7).Dia menjelaskan, perdagangan emas yang tidak likuid tersebut terjadi karena banyak produsen emas yang melakukan transaksi di bursa tidak resmi. "Mereka kebanyakan bertransaksi di luar bursa dengan harga yang kadang diambil sembarangan," kata Syahrul.Menurutnya, bila banyak produsen yang bertransaksi di bursa komoditas dalam negeri yang resmi, tentu perdagangan akan marak sehingga dapat membentuk harga yang sesuai dengan permintaan dan penawaran. "Hingga saat ini, kami masih mendorong produsen emas untuk ke arah sana. Misalnya saja dengan mendorong produsen emas seperti Aneka Tambang atau produsen emas lainnya untuk masuk di bursa. Dengan demikian, pasar bisa lebih likuid dan terbentuklah harga yang bisa acuan kita sendiri," ungkapnya.Selain itu, pihaknya juga terus berupaya untuk memperbesar pasar emas. Syahrul menilai, jika dibandingkan pasar emas negara lain, pasar emas Indonesia masih terbilang kecil. "Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya produksi emas," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bappebti impikan harga emas DN menjadi acuan
JAKARTA. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memimpikan, harga emas dalam negeri bisa menjadi harga acuan komoditas emas domestik. "Saat ini, kita masih mengikuti harga emas dari bursa luar negeri karena perdagangan emas kita belum likuid," kata Syahrul R Sempurnajaya, kepala Bappepti di sela-sela acara launching produk GOL 100 Bursa Berjangka Jakarta, Selasa (3/7).Dia menjelaskan, perdagangan emas yang tidak likuid tersebut terjadi karena banyak produsen emas yang melakukan transaksi di bursa tidak resmi. "Mereka kebanyakan bertransaksi di luar bursa dengan harga yang kadang diambil sembarangan," kata Syahrul.Menurutnya, bila banyak produsen yang bertransaksi di bursa komoditas dalam negeri yang resmi, tentu perdagangan akan marak sehingga dapat membentuk harga yang sesuai dengan permintaan dan penawaran. "Hingga saat ini, kami masih mendorong produsen emas untuk ke arah sana. Misalnya saja dengan mendorong produsen emas seperti Aneka Tambang atau produsen emas lainnya untuk masuk di bursa. Dengan demikian, pasar bisa lebih likuid dan terbentuklah harga yang bisa acuan kita sendiri," ungkapnya.Selain itu, pihaknya juga terus berupaya untuk memperbesar pasar emas. Syahrul menilai, jika dibandingkan pasar emas negara lain, pasar emas Indonesia masih terbilang kecil. "Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya produksi emas," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News