Bappenas cari masukan untuk mengatasi ketimpangan pembangunan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketimpangan pembangunan antarwilayah menjadi salah satu kajian penting dalam rencana pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN) /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2018.

Selama dua dekade terakhir pertumbuhan ekonomi didominasi kawasan Indonesia bagian barat, yang mencapai 80% Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan ekonomi di bagian timur mengalami kemacetan walaupun kaya sumber daya alam.

Deputi bidang pengembangan regional kementerian PPN/ Bappenas, Rudy Soeprihadi Prawiradinata mengatakan, saat ini Bappenas sedang fokus pada masalah ketimpangan pembangunan.


Melalui Indonesia Development Forum ini, Bappenas ingin membuka forum diskusi kepada akademisi dan staff ahli agar inovasi dan saran dalam segi pembangunan bisa di implementasikan dalam prospek kerja nasional.

"Ada beberapa isu ketimpangan ekonomi yang ingin kita dorong dan tingkatkan. Kita perlu semua pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini. Jangan hanya mengandalkan pemerintah saja. Oleh karena diadakan forum Indonesia Development Forum ini untuk mengetahui inovasi apa yang dapat dilakukan bersama-sama" kata Rudy (7/5).

Forum Call of papers Indonesia Development Forum (IDF) menjadi salah satu cara efektif untuk secara terbuka mendengarkan kritik dan saran mengenai pembangunan skala nasional. Adanya forum tersebut Bappenas bisa melihat inovasi dan pemikiran baru dari sudut pandang non birokrasi.

Ada tujuh sub tema yang menjadi fokus dalam kajian Bappenas dalam forum IDF. Pertama, pengembangan pusat pertumbuhan.

Kedua, upaya mengurangi kesenjangan daerah tertinggal dan perbatasan. Ketiga, perbaikan pelayanan dasar untuk mengurangi kesenjangan wilayah.

Keempat, memaanfatkan potensi ekonomi digital untuk mendorong pembangunan. Kelima, penguatan konektivitas Indonesia sebagai negara kepulauan.

Keenam, inovasi dalam tata kelola pemerintah dan pembangunan daerah dan ketujuh pengoptimalan sumber pendanaan pembangunan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia