Bara politik membakar industri pariwisata Mesir



Politik Mesir masih membara. Benturan fisik antara pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi dan kaum militer masih kerap terjadi. Ketakutan tak cuma membayangi raut wajah penduduk Mesir. Para pelancong yang memburu keindahan Piramida Mesir pun diliputi kekhawatiran. 

Itu sebabnya, tidak heran jika banyak negara yang merilis larangan terbang ke Mesir. Akhir pekan kemarin, Jerman dan Swedia merupakan dua negara yang melarang penduduknya plesiran ke Mesir. Jerman bahkan merilis larangan wisata tersebut hingga satu bulan mendatang. Kunjungan wisata ke kawasan nan indah di Mesir pun melorot drastis.

Mengutip The Guardian, industri pariwisata menyumbang sekitar 10% dari pendapatan Mesir. Asosiasi Travel Inggris (ABTA) mengatakan, jumlah wisatawan Inggris yang saat ini melancong ke kawasan resor Laut Merah sekitar 40.000 orang. Pekan kemarin, Kementrian Luar Negeri Inggris menghimbau wisatawan agar tetap tinggal di hotel. "Kami memperkirakan akan ada dampak signifikan terhadap jumlah wisatawan terkait pergolakan politik yang terus berlanjut," ujar Jurubicara ABTA, mengutip The Guardian.


EasyJet, maskapai asal Inggris mengatakan, pihaknya menyarankan penumpang dengan tujuan Mesit mengalihkan rute penerbangan. "Politik Mesir memang rusuh, tapi sulit untuk menghentikan warga Inggris yang sudah memesan paket liburan mereka," ujar Jurubicara EasyJet. Semetara itu, British Airways mengatakan, penerbangan ke Kairo pada jam malam untuk sementara telah dialihkan.

Sekitar 50.000 wisatawan Rusia yang sudah memesan tempat untuk plesiran di Mesir pun terancam batal. Tidak cuma itu, AFP melaporkan, pemerintah Rusia bahkan melarang agen perjalanan wisata menjual paket liburan ke Mesir dalam tempo beberapa bulan mendatang.

Pemerintah Italia menyatakan, sekitar 19.000 wisatawan yang saat ini berlibur di Mesir juga disarankan untuk tidak melancong ke kota-kota yang tengah bergolak. Kementrian Luar Negeri Italia bahkan merilis pernyataan bahwa ada potensi serangan teroris di sekitar Jalur Gaza, , Kairo dan Alexandria.

Wisatawan Jerman juga berpotensi susut. Agen perjalanan wisata Jerman, TUI Travel Deutschland dan Thomas Cook telah resmi mengalihkan destinasi wisata Mesir ke negara lain. Jurubicara TUI mengatakan, resor di sekitar Laut Merah meski jauh dari pusat konflik, namun tetap membahayakan nyawa. Atas dasar itulah TUI membatalkan pesanan wisata yang sudah terjadi. TUI memprediksi, tingkat kunjungan wisata ke Mesir bakal anjlok dibanding tahun sebelumnya.

Konflik politik di Mesir juga menghilangkan potensi pemasukan negara dari sejumlah perusahaan asing. Mengutip Reuters, akhir pekan kemarin, sejumlah perusahaan multinasional menutup fasilitasnya. Misalnya saja, Electrolux, produsen peralatan rumah tangga asal Swedia. Electrolux menghentikan produksi di beberapa pabrik di pinggiran Kairo yang melibatkan sekitar 7.000 orang.

Langkah sama juga ditempuh General Motors dan Shell. Produsen otomotif dan minyak asal Amerika Serikat (AS) ini menutup pabrik di luar Kairo. Wajah ekonomi Mesir dipastikan kena imbas buruk. Sektor pariwisata dan investasi asing diprediksi berpotensi mencapai level terburuk dalam tempo beberapa tahun belakangan.

Catatan saja, hingga akhir Maret kemarin, ekonomi Mesir tumbuh 2,3%. Padahal, sebelum tahun 2011, ekonomi Mesir masih mencatatkan pertumbuhan sekitar 7% saban tahun. Analis memperkirakan, kerusuhan politik bakal memicu kenaikan angka pengangguran yang saat ini mencapai 13%. 

Editor: Dessy Rosalina