Barang konsumsi terdampak naiknya BBM & listrik



JAKARTA. Sektor barang konsumsi menjadi salah satu saham yang diburu oleh investor, karena sentimen yang mempengaruhi dinilai cukup sedikit. Apalagi melihat outlook ekonomi Nasional, saham seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) masih dapat tumbuh.

Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan hingga kuartal III 2016 kinerja MYOR memang masih terbilang baik. Dengan laba bersih yang tumbuh 3% menjadi Rp 897 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 869 miliar.

Serta pendapatan perusahaan yang tumbuh 25% menjadi Rp 13,3 triliun melebihi target perusahaan yang tumbuh 18% tahun ini. ”Pertumbuhan juga mungkin bisa dirasakan tahun ini melihat kondisi makro ekonomi,” tulis Adrian dalam riset.


Dia mengatakan pertumbuhan tidak hanya dirasakan dari penjualan domestik yang meningkat 35% YoY menjadi Rp 7,46 triliun. Namun ekspor juga meningkat 13% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya menjadi Rp 5,86 triliun.

Melihat belum adanya sentimen negatif yang mempengaruhi, kemungkinan pada laporan tutup tahun 2016 perusahaan masih bisa membukukan pendapatan yang tumbuh menjadi Rp 17,47 triliun, dan laba bersih di Rp 1,34 triliun.

Tahun ini, Adrian mengestimasi perusahaan dapat membukukan pendapatan sebesar Rp 19,3 triliun dengan laba bersih Rp 1,44 triliun.

Sementara Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, untuk tahun ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk saham dari barang konsumsi.

Walaupun outlook ekonomi kita terbilang baik, namun kebijakan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik bisa mengganggu kinerja perusahaan. ”Dari pandangan kita itu bisa menjadi sentimen negatif,” kata Reza kepada KONTAN.

Dia mengatakan dari peningkatan tarif listrik, adalah pencabutan subsidi listrik untuk pengguna tarif listrik golongan 900 volt ampere (VA), yang mana paling banyak pengguna tarif ini di segmen menengah ke bawah. Sehingga naiknya tarif bisa menekan daya beli masyarakat di kelas tersebut.

Peningkatan tarif listrik ini masih ada beberapa tahap, jika di tingkat industri juga naik, kemungkinan beban produksi perusahaan bisa membuat harga jual produk naik, dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun jika naiknya harga jual di atas rata-rata harga normal masyarakat pasti enggan membeli produk tersebut atau mengurangi jatah pemakaian.

Sebagai informasi, Pemerintah sudah mencabut subsidi sepertiga pelanggan tarif listrik 900 volt ampere (VA). Sehingga tariff listrik naik menjadi Rp 791 per kWh dari Rp 605 per kWh. Peningkatan tarif listrik tahap kedua, ketiga akan naik pada bulan Mei dan Juli. Hingga harga listrik pada bulan Juli tarif listrik naik menjadi Rp 1.352 per kWh untuk pelanggan 900 VA. Belum lagi Harga BBM non subsidi juga naik Rp 300 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto