KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian berupaya menggenjot dan mengakselerasi ekspor produk pertanian Indonesia. Hal ini sejalan dengan 10 program kegiatan utama Kemtan. Salah satunya, menggenjot ekspor produk pertanian unggulan, terutama pengembangan lumbung pangan berorientasi ekspor di daerah perbatasan. Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini menyampaikan, terdapat peningkatkan ekspor produk pertanian atas dukungan Badan Karantina Pertanian.
Salah satu produk pertanian yang ekspornya meningkat adalah buah manggis. Pada 2017, Indonesia berhasil mengekspor 10.200 ton manggis ke lebih dari 20 negara. “Di tahun 2018 dengan telah dibukanya pasar manggis ke Tiongkok setelah empat tahun ditolak, ditargetkan tahun ini ekspor sebanyak 20.000 ton manggis ke penjuru dunia. Ternyata sampai Mei 2018 telah berhasil diekspor sebanyak 29.500 ton,” ujar Banun, Kamis (7/6). Menurut Banun, petani langsung merasakan nilai tambah yang besar. Di pasar domestik, petani biasanya menerima Rp 8.000 per kg. Namun, dengan pendampingan khusus untuk perlakuan ekspor sesuai dengan persyaratan negara tujuan, petani bisa menjual pada harga Rp 20.000 hingga 30.000 per kg. Tak hanya itu, ekspor komoditas palm kernel expeller (PKE) pun meningkat. Pada 2017, PKE yang diekspor sebesar 855.629 ton. Hingga Mei 2018, ekspor PKE sudah mencapai 335.303 ton. Banun mengatakan, terdapat peningkatan sebesar 5%-10%. Tak hanya itu, ekspor sarang burung walet (SBW) hingga semester I 2018 sudah mencapai 389 ton. Sebanyak 25 ton ditujukan untuk pasar China. Sementara, pada 2017, total ekspor SBW sebesar 1.100 ton, dan 52 ton dari total ekspor tersebut diekspor ke China. “Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 132% dari volume ekspor SBW ke China pada 2016 yakni 22 ton,” papar Banun. Menurutnya, SBW memiliki potensi produk dan pasar yang besar. Oleh karena itu, Barantan terus melakukan pembinaan dan pendampingan pada perusahaan prosuden SBW. Terdapat 17 perusahaan yang sudah mendapat persetujuan dari Pemerintah China, di mana delapan perusahaan telah melakukan ekspor, sementara sembilan perusahaan masih dalam tahap persiapan ekspor perdana. Barantan menargetkan, dengan pertambahan perusahaan pengekspor ini, ekspor ke China bisa mencapai 150 ton. Tahun ini, Barantan telah menyelesaikan sembilan protokol ekspor komoditas hortikultura. Ekspor mangga dengan tujuan Australia menggunakan teknik perlakuan iradiasi, salak ke New Zealand, dan tujuh komoditas ke Ukraina yaitu salak, mangga, manggis, buah naga, jeruk nipis, nenas dan pisang.
Selain itu Barantan juga tengah melakukan verifikasi terhadap nanas Indonesia untuk tujuan ekspor Amerika Serikat, serta buah naga dan nanas ke China. Beberapa komoditas unik seperti jengkol, petai dan bunga melati juga mulai menjadi primadona ekspor. Banun membeberkan, pada 2017, jengkol berhasil diekspor ke Arab Saudi, Hongkong, Belanda, Qatar, Korea Selatan, Timor Leste bahkan Amerika Serikat. Total jumlah ekspor jengkol sebanyak 26,5 ton. Kemudian, petai dan bunga melati pada 2017 berhasil diekspor masing-masing 73,2 ton dan 905,4 ton. Badan Pusat Statistik menyebutkan nilai ekspor pertanian tahun 2017 sebesar US$ 33,1 miliar atau naik 24% dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar US$ 26,7 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini