KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barata Indonesia (Persero) mendapat proyek terbaru dari sesama BUMN. Bersama Pertamina, Barata mendapat proyek pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) dan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Direktur Utama PT Barata Indonesia, Silmy Karim mengatakan, ini merupakan kerja sama jangka panjang untuk membangun sarana dan prasarana minyak dan gas dari Pertamina. "Target awal untuk Pertamina dialokasikan Rp 1 triliun per tahun untuk yang dikerjakan dengan Barata. Tapi potensinya lebih dari itu," kata Silmy kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11). Untuk tahun ini sudah dimulai pembangunan TBBM di Tegal, Jawa Tengah dengan nilai kontrak sekitar Rp 280 miliar. Ke depan, akan ada pembangunan lagi TBBM di Sukabumi, kemudian berlanjut di Indonesia bagian timur. "Kisarannya pembangunan memakan waktu selama 10 bulan sampai 18 bulan," kata Silmy. Selain itu Barata juga dalam penyelesaian proyek dengan PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo untuk pengadaan Crane pelabuhan. Kontrak kerja sama saat ini sudah selesai dengan pihak Pelindo 2 dan Pelindo 3. "Target kita kerja sama dengan semua Pelindo. Pelindo 1 dan 4 masih proses" kata Silmy. Asal tahu jenis produk yang dikontrak meliputi STS (ship to shore) crane, RTG (rubber tyre gantry) crane, ASC (automatic stacking crane). Tahun ini sendiri Barata menargetkan order in take (kontrak yang diperoleh) senilai Rp 3 triliun. Atau tumbuh dari tahun lalu sebesar Rp 722 miliar. "Sumber dari ekspor 10%, proyek swasta nasional 50% dan dari BUMN 40%," tutur Silmy. Sumber-sumber tersebut di antaranya, berasal dari proyek pembangunan pabrik gula, pabrik kelapa sawit, cranes pelabuhan dan pembangkit listrik.
Barata raih proyek prasarana migas Rp 1 triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barata Indonesia (Persero) mendapat proyek terbaru dari sesama BUMN. Bersama Pertamina, Barata mendapat proyek pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) dan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Direktur Utama PT Barata Indonesia, Silmy Karim mengatakan, ini merupakan kerja sama jangka panjang untuk membangun sarana dan prasarana minyak dan gas dari Pertamina. "Target awal untuk Pertamina dialokasikan Rp 1 triliun per tahun untuk yang dikerjakan dengan Barata. Tapi potensinya lebih dari itu," kata Silmy kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11). Untuk tahun ini sudah dimulai pembangunan TBBM di Tegal, Jawa Tengah dengan nilai kontrak sekitar Rp 280 miliar. Ke depan, akan ada pembangunan lagi TBBM di Sukabumi, kemudian berlanjut di Indonesia bagian timur. "Kisarannya pembangunan memakan waktu selama 10 bulan sampai 18 bulan," kata Silmy. Selain itu Barata juga dalam penyelesaian proyek dengan PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo untuk pengadaan Crane pelabuhan. Kontrak kerja sama saat ini sudah selesai dengan pihak Pelindo 2 dan Pelindo 3. "Target kita kerja sama dengan semua Pelindo. Pelindo 1 dan 4 masih proses" kata Silmy. Asal tahu jenis produk yang dikontrak meliputi STS (ship to shore) crane, RTG (rubber tyre gantry) crane, ASC (automatic stacking crane). Tahun ini sendiri Barata menargetkan order in take (kontrak yang diperoleh) senilai Rp 3 triliun. Atau tumbuh dari tahun lalu sebesar Rp 722 miliar. "Sumber dari ekspor 10%, proyek swasta nasional 50% dan dari BUMN 40%," tutur Silmy. Sumber-sumber tersebut di antaranya, berasal dari proyek pembangunan pabrik gula, pabrik kelapa sawit, cranes pelabuhan dan pembangkit listrik.