Sukses berkat hobi, begitulah pengalaman Bari Setiadi, pemilik Baze. Bermula dari audio mobil, dia melebarkan sayap ke bisnis modifikasi interior aneka kendaraan. Tak disangka, ekspansi bisnisnya ini mampu mengantar kesuksesan.Dunia otomotif merupakan suatu lini bisnis yang menjanjikan kesuksesan bisnis. Bukan saja sebagai sarana transportasi yang hanya asal jalan, tapi juga bisa memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Salah satu penunjangnya adalah interiornya. Karena ini, orang bisa jorjoran mengeluarkan duit hanya untuk membuat mobilnya nyaman untuk dikendarai.Salah satu pemain di bisnis modifikasi interior mobil adalah Bari Setiadi. Lewat bisnis modifikasi interior dan audio berbendera Baze, ia lebih banyak membidik pemilik mobil yang ingin bagian interiornya dimodifikasi agar lebih nyaman atau sesuai dengan tujuan yang dipakai. Misalnya, ada penambahan kelengkapan fasilitas elektronik, dapur, sampai kamar kecil. Yang dia kerjakan biasanya tipe minibus sampai bus besar.Hasilnya, Bari mampu mereguk pundi-pundi tebal lewat bisnis ini. Pendapatan dari satu jasa pembuatan interior mewah untuk satu kendaraan bisa mencapai Rp 300 juta hingga Rp 700 juta. Dalam setahun, rata-rata dia bisa melayani modifikasi interior mencapai 12 kendaraan. “Sampai bulan September 2012, kami sudah mengerjakan modifikasi 12 kendaraan,” kata bapak tiga anak ini. Lelaki kelahiran Jakarta, 26 September 1972, ini bilang, tidak banyak pemain yang menggarap bisnis modifikasi kendaraan minibus sampai bus besar. “Setahu saya, pemain di bisnis ini hanya ada dua, termasuk saya,” katanya. Di luar jasa modifikasi interior kendaraan, Bari juga melayani modifikasi dan pemasangan audio untuk pelbagai jenis mobil dan kapal pesiar. “Lumayan, kami bisa mengerjakan 20 mobil sebulan. Permintaan pemasangan audio untuk kapal pesiar juga ada saja,” kata lelaki berkacamata ini.Usaha Bari ini dibangun sejak tahun 2000. Ia memulainya dari garasi rumah. Saat itu ia fokus menggarap modifikasi car audio system dengan modal dengkul. “Awalnya cuma hobi, pelanggan cuma teman-teman. Saat itu, saya cuma untung Rp 300.000 per mobil,” kata suami Katerin Budiarja ini. Bermula dari kontesSebelum memutuskan berbisnis di bidang otomotif ini, Bari sempat bekerja di bagian pengembangan proyek Japfa. Tugasnya adalah di bagian desain. “Pekerjaan itu saya ambil setelah lulus dari Universitas Atmajaya tahun 1995,” kata sarjana teknik mesin ini.Selama bekerja di Japfa, Bari sering memuaskan hobi mengutak-atik audio mobil. Satu per satu temannya datang, memintanya memodifikasi audio mobil mereka. “Saya memutuskan keluar kerja dan serius membuka bisnis modifikasi audio mobil di tahun 2000,” kenangnya. Selama menjalankan bisnis itu Bari rajin mengikuti kompetisi modifikasi audio mobil. Tahun 2004, dia berhasil menjadi juara dalam perlombaan Indonesia Extreme Car Contest. Dia mendapat hadiah mobil. Di tahun 2005, dia mengikuti ajang serupa di Thailand dan menang. Dari perlombaan itu, nama Bari di khazanah modifikasi audio mobil makin dikenal. Baze sempat kebanjiran order hingga 80 mobil sebulan. “Saya juga dilirik Mercedes-Benz untuk perbaiki audio mereka,” katanya. Lewat Mercy juga Bari direkomendasikan menggarap audio mobil milik PO Nusantara yang saat itu sedang menggarap bus eksekutif bernama Symphonie. Selama tiga bulan, ia mengutak-atik bus itu. Sebab, pemasangan audio mobil dengan audio bus berbeda. “Akhirnya bisa selesai juga dan pemilik Nusantara, Pak Handoyo, puas,” katanya. Melalui Mercy pula , Bari berkenalan dengan Iman Taufik, pengusaha dari Cirebon. “Dia punya bisnis di Jakarta dan tinggal di Cirebon. Dia ingin memiliki kendaraan nyaman yang mengantarkannya bolak-balik Jakarta Cirebon,” kata Bari. Tahun 2006, Bari pun pertama kali menggarap modifikasi interior luxury sebuah bus milik pengusaha Cirebon itu. Bagi Bari, menggarap interior bus itu merupakan tantangan. “Saya dengan jujur bilang bahwa belum pernah bikin interior bus semacam itu,” katanya. Tapi, ternyata hasilnya memuaskan sang pemesan. Berikutnya, Handoyo yang ingin menggarap proyek penyewaan bus mewah bernama Omah Mlaku ikut meminta Bari. Akhirnya satu demi satu proyek datang menghampiri.Berikutnya, pelbagai proyek interior bus diselesaikan Bari, antara lain bus milik PO Nusantara (Omah Mlaku), Agramas, Rosalia Indah, dan New Liman. Di luar itu ada bus tema khusus seperti bis kampanye partai demokrat, bus roadshow milik Ceragem, dan modifikasi bus dan minibus dari Asuransi Raksa, Blue Bird, dan TRAC. Tidak sedikit pula, mobil pribadi jenis mikro bus yang digarap Baze. Misalnya Pregio milik Ustad Yusuf Mansur, mobil milik pengacara O.C. Kaligis, dan banyak pesanan dari pengusaha di Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi. “Permintaan sekarang tidak hanya untuk modifikasi interior mewah, tetapi juga interior lain seperti menjadikan minibus sebagai rumah sakit berjalan,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bari sukses lantaran pencari kenyamanan berkendara
Sukses berkat hobi, begitulah pengalaman Bari Setiadi, pemilik Baze. Bermula dari audio mobil, dia melebarkan sayap ke bisnis modifikasi interior aneka kendaraan. Tak disangka, ekspansi bisnisnya ini mampu mengantar kesuksesan.Dunia otomotif merupakan suatu lini bisnis yang menjanjikan kesuksesan bisnis. Bukan saja sebagai sarana transportasi yang hanya asal jalan, tapi juga bisa memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Salah satu penunjangnya adalah interiornya. Karena ini, orang bisa jorjoran mengeluarkan duit hanya untuk membuat mobilnya nyaman untuk dikendarai.Salah satu pemain di bisnis modifikasi interior mobil adalah Bari Setiadi. Lewat bisnis modifikasi interior dan audio berbendera Baze, ia lebih banyak membidik pemilik mobil yang ingin bagian interiornya dimodifikasi agar lebih nyaman atau sesuai dengan tujuan yang dipakai. Misalnya, ada penambahan kelengkapan fasilitas elektronik, dapur, sampai kamar kecil. Yang dia kerjakan biasanya tipe minibus sampai bus besar.Hasilnya, Bari mampu mereguk pundi-pundi tebal lewat bisnis ini. Pendapatan dari satu jasa pembuatan interior mewah untuk satu kendaraan bisa mencapai Rp 300 juta hingga Rp 700 juta. Dalam setahun, rata-rata dia bisa melayani modifikasi interior mencapai 12 kendaraan. “Sampai bulan September 2012, kami sudah mengerjakan modifikasi 12 kendaraan,” kata bapak tiga anak ini. Lelaki kelahiran Jakarta, 26 September 1972, ini bilang, tidak banyak pemain yang menggarap bisnis modifikasi kendaraan minibus sampai bus besar. “Setahu saya, pemain di bisnis ini hanya ada dua, termasuk saya,” katanya. Di luar jasa modifikasi interior kendaraan, Bari juga melayani modifikasi dan pemasangan audio untuk pelbagai jenis mobil dan kapal pesiar. “Lumayan, kami bisa mengerjakan 20 mobil sebulan. Permintaan pemasangan audio untuk kapal pesiar juga ada saja,” kata lelaki berkacamata ini.Usaha Bari ini dibangun sejak tahun 2000. Ia memulainya dari garasi rumah. Saat itu ia fokus menggarap modifikasi car audio system dengan modal dengkul. “Awalnya cuma hobi, pelanggan cuma teman-teman. Saat itu, saya cuma untung Rp 300.000 per mobil,” kata suami Katerin Budiarja ini. Bermula dari kontesSebelum memutuskan berbisnis di bidang otomotif ini, Bari sempat bekerja di bagian pengembangan proyek Japfa. Tugasnya adalah di bagian desain. “Pekerjaan itu saya ambil setelah lulus dari Universitas Atmajaya tahun 1995,” kata sarjana teknik mesin ini.Selama bekerja di Japfa, Bari sering memuaskan hobi mengutak-atik audio mobil. Satu per satu temannya datang, memintanya memodifikasi audio mobil mereka. “Saya memutuskan keluar kerja dan serius membuka bisnis modifikasi audio mobil di tahun 2000,” kenangnya. Selama menjalankan bisnis itu Bari rajin mengikuti kompetisi modifikasi audio mobil. Tahun 2004, dia berhasil menjadi juara dalam perlombaan Indonesia Extreme Car Contest. Dia mendapat hadiah mobil. Di tahun 2005, dia mengikuti ajang serupa di Thailand dan menang. Dari perlombaan itu, nama Bari di khazanah modifikasi audio mobil makin dikenal. Baze sempat kebanjiran order hingga 80 mobil sebulan. “Saya juga dilirik Mercedes-Benz untuk perbaiki audio mereka,” katanya. Lewat Mercy juga Bari direkomendasikan menggarap audio mobil milik PO Nusantara yang saat itu sedang menggarap bus eksekutif bernama Symphonie. Selama tiga bulan, ia mengutak-atik bus itu. Sebab, pemasangan audio mobil dengan audio bus berbeda. “Akhirnya bisa selesai juga dan pemilik Nusantara, Pak Handoyo, puas,” katanya. Melalui Mercy pula , Bari berkenalan dengan Iman Taufik, pengusaha dari Cirebon. “Dia punya bisnis di Jakarta dan tinggal di Cirebon. Dia ingin memiliki kendaraan nyaman yang mengantarkannya bolak-balik Jakarta Cirebon,” kata Bari. Tahun 2006, Bari pun pertama kali menggarap modifikasi interior luxury sebuah bus milik pengusaha Cirebon itu. Bagi Bari, menggarap interior bus itu merupakan tantangan. “Saya dengan jujur bilang bahwa belum pernah bikin interior bus semacam itu,” katanya. Tapi, ternyata hasilnya memuaskan sang pemesan. Berikutnya, Handoyo yang ingin menggarap proyek penyewaan bus mewah bernama Omah Mlaku ikut meminta Bari. Akhirnya satu demi satu proyek datang menghampiri.Berikutnya, pelbagai proyek interior bus diselesaikan Bari, antara lain bus milik PO Nusantara (Omah Mlaku), Agramas, Rosalia Indah, dan New Liman. Di luar itu ada bus tema khusus seperti bis kampanye partai demokrat, bus roadshow milik Ceragem, dan modifikasi bus dan minibus dari Asuransi Raksa, Blue Bird, dan TRAC. Tidak sedikit pula, mobil pribadi jenis mikro bus yang digarap Baze. Misalnya Pregio milik Ustad Yusuf Mansur, mobil milik pengacara O.C. Kaligis, dan banyak pesanan dari pengusaha di Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi. “Permintaan sekarang tidak hanya untuk modifikasi interior mewah, tetapi juga interior lain seperti menjadikan minibus sebagai rumah sakit berjalan,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News