KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) melalui anak perusahaannya, Star Energy Geothermal menggelar ekspansi pembangkit panas bumi. Star Energy menyiapkan sejumlah inisiatif yang secara total diproyeksikan meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 102,6 Megawatt (MW). Total investasi untuk memuluskan rencana tersebut diperkirakan mencapai US$ 346 juta. Hanya sebagai gambaran saja, jumlah itu setara dengan Rp 5,30 triliun jika dikonversi memakai kurs sebesar Rp 15.340 per dolar Amerika Serikat. CEO Barito Renewables, Hendra Tan menjelaskan inisiatif strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Star Energy Geothermal melalui proyek retrofitting dan penambahan kapasitas baru. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas berbagai unit geothermal yang dioperasikan oleh Star Energy, tetapi juga mendukung upaya Indonesia dalam mencapai target
net zero emission. "Dengan melakukan retrofit dan menambah kapasitas pembangkit yang ada, kami memastikan masa depan yang berkelanjutan dan efisien untuk energi bersih di negara ini. Kemitraan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas, tetapi juga mendorong kemajuan teknologi dalam energi panas bumi, menempatkan kami di posisi terdepan di industri ini,” kata Hendra dalam keterbukaan informasi, Rabu (18/9) malam. Adapun, inisiatif strategis dari Star Energy ini disampaikan bersamaan dengan pengumuman pemenang tender terpilih di dalam International Geothermal Conference and Exhibition 2024 (IIGCE), di mana Star Energy Geothermal berperan sebagai tuan rumah.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BREN, PTRO, KPIG, AMRT, ASRI, dan EXCL Untuk Kamis (19/9) Berikut inisiatif utama dari Star Energy Geothermal: Penambahan pembangkit baru/ekspansi: 1. Ekspansi Salak Unit 7 (penambahan 40 MW) Mitra: JO PT Timas Suplindo dan PT Rekayasa Industri Proyek ini akan menambah 40 MW di lapangan panas bumi Salak, dengan memanfaatkan Program Penataan Ulang Injeksi Salak. 2. Ekspansi Wayang Windu Unit 3 (penambahan 30 MW) Mitra: PT Inti Karya Persada Teknik Ekspansi ini akan menambah 30 MW di lapangan panas bumi Wayang Windu, mengoptimalkan fasilitas permukaan yang ada untuk meningkatkan kapasitas total.
Baca Juga: IHSG Gagal Bertahan di All Time High, Saham BBCA di Rekor Tertinggi Peningkatan kapasitas di unit yang ada: 1. Retrofit Wayang Windu Unit 1 & 2 (peningkatan 18,4 MW) Mitra: Konsorsium Fuji Electric Co. Ltd. (lead firm) dan PT Wasa Mitra Engineering Retrofit ini bertujuan untuk meningkatkan teknologi dan efisiensi Wayang Windu Unit 1 & 2, dengan peningkatan kapasitas total pembangkit sebesar 18,4 MW. Ini akan meningkatkan kapasitas setiap unit menjadi 124,45 MW dan lebih memastikan keandalan jangka panjang pembangkit listrik. 2. Retrofit Salak Unit 4, 5, dan 6 (peningkatan 7,2 MW) Mitra: PT Fuji Electric Indonesia Proyek Retrofit Salak akan mengganti rotor turbin dan diafragma dengan desain terkini, meningkatkan efisiensi dan menambah kapasitas gabungan Unit 4, 5, dan 6 sebesar 7,2 MW. 3. Retrofit Darajat Unit 3 (peningkatan 7 MW) Mitra: PT Mitsubishi Power Indonesia Melalui peningkatan teknologi, Retrofit Darajat Unit 3 akan meningkatkan efisiensi energi dan menambah kapasitas sebesar 7 MW, meningkatkan kapasitas total dari 122 MW menjadi 129 MW. Kolaborasi layanan laboratorium: Mitra: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) Kemitraan ini akan berfokus pada pengambilan sampel dan analisis fluida geothermal untuk lebih meningkatkan efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Baca Juga:
Dana Asing Masih Deras, Prospek Emiten Makin Bernas Pengembangan proyek-proyek di atas akan meningkatkan kapasitas dari 230,5 MW menjadi 278,9 MW di Wayang Windu. Kemudian dari 381 MW menjadi 428,2 MW di Salak, serta kenaikan kapasitas dari 274,5 MW menjadi 281,5 MW di Darajat.
Pengembangan proyek-proyek ini sesuai dengan syarat dan ketentuan Kontrak Operasi Bersama (KOB), yang memungkinkan Star Energy Geothermal untuk meningkatkan kapasitas hingga 400 MW di Wayang Windu, 495 MW di Salak, dan 330 MW di Darajat. "Inisiatif yang diumumkan IIGCE 2024 ini menegaskan dedikasi Star Energy Geothermal dalam meningkatkan efisiensi energi dan komitmen jangka panjangnya terhadap keberlanjutan," tandas Hendra. Dari sisi pergerakan saham, BREN sedang berada di level harga Rp 10.725 per saham usai mengalami pelemahan 3,81% pada perdagangan Rabu (18/9). Jika diukur secara year to date, harga saham BREN mengakumulasi kenaikan 43,48%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati