Barito Pacific (BRPT) Memperkirakan PLTP Salak Binary Rampung di Awal 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) di segmen energi terbarukan terus berkembang. Star Energy tengah menambah kapasitas pembangkit geotermal dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak Binary dengan kapasitas 15 Megawatt (MW)  dari daya yang terpasang saat ini sebesar 377 MW. 

Proyek dengan nilai investasi US$ 45 juta yang tadinya diproyeksikan selesai di 2022 ini diprediksi akan rampung di awal 2023 mendatang. Direktur Barito Pacific, David Kosasih mengatakan, pembangunan Salak Binary berjalan sesuai dengan rencana. 

"Selesainya Salak Binary akan meningkatkan kapasitas produksi yang mana tentunya akan meningkatkan kontribusi pendapatan terhadap Star Energy dan BRPT," kata David, Minggu (20/3). 


Baca Juga: Rilis Obligasi Rp 750 Miliar, Barito Pacific (BRPT) Tawarkan Imbal Hasil Atraktif

Saat ini Star Energy mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik bertenaga panas bumi di Indonesia dan lapangan uap dengan kapasitas bruto sebesar 875 MW. Star Energy Geothermal bermitra dengan dua perusahaan milik negara, Pertamina Geothermal Energy dan PT PLN (Listrik) untuk mengubah energi panas bumi menjadi listrik di Jawa Barat.

Adapun sorotan operasional BRPT saat ini tersebar di beberapa wilayah yakni di Pangalengan, Sukabumi, dan Garut. Di Pangalengan, Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd mengoperasikan fasilitas geotermal dengan kapasitas pembangkitan bruto sebesar 227 MW. 

Kemudian di Sukabumi, Star Energy Geothermal Salak Ltd mengelola salah satu ladang panas bumi terbesar di dunia, dengan kapasitas pembangkitan bruto sebesar 197 MW dan kapasitas penjualan uap sebesar 180 MW. 

Baca Juga: Harga Saham TPIA Naik Tinggi, Apakah Masih Layak Dibeli atau Saatnya Jual?

Di Garut, Star Energy Geothermal Darajat Ltd memiliki kapasitas pembangkitan kotor sebesar 216 MW dan kapasitas penjualan uap sebesar 55 MW. 

BRPT menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk grup secara keseluruhan sekitar US$ 250 juta tahun ini. 

"Penggunaannya antara lain untuk pelaksanaan pembangunan komplek petrokimia ke dua sesuai dengan tahapan pekerjaan yang direncanakan, pengeluaran belanja modal rutin untuk pabrik petrokimia, serta program drilling dari operasional geothermal," pungkas David. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati